Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2025, Ekonom: Bisa Dilakukan di Masa Transisi Pemerintahan?
asumsi makro yang disusun pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025 tidak jauh berbeda jauh dengan 2024.
IDXChannel - Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy menilai asumsi makro yang disusun pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025 tidak jauh berbeda jauh dengan apa yang ada di 2024.
Katanya, beberapa hal pun perlu menjadi perhatian untuk indikator asumsi makro 2025 karena tantangan besarannya pun masih sama yaitu mencapai asumsi yang telah dibuat.
"Indikator pertumbuhan ekonomi yang diset bisa tumbuh di kisaran 5 hingga 5,5%. Tantangan utama sebenarnya memastikan apakah target pertumbuhan ekonomi di batas atas 5,5% itu bisa dilakukan di periode masa transisi pemerintahan? Tentu kalau kita mengikuti pemerintah terpilih menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi namun untuk sampai ke sana diperlukan proses dan waktu sehingga peluang untuk terbatasnya batas atas ruang target pertemuan ekonomi itu bisa kembali terjadi di tahun depan," tutur Yusuf ketika dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (21/5/2024).
Menurutnya, indikator pertumbuhan ekonomi menjadi penting karena itu juga yang akan mempengaruhi indikator yang disusun dalam APBN tahun depan, termasuk di dalamnya indikator belanja dan juga indikator penerimaan negara. khusus untuk indikator penerimaan negara.
"Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat di sisi belanja, di tahun depan pemerintah punya beberapa agenda yang saya kira membutuhkan kalkulasi yang tepat sasaran terutama di periode transisi pemerintahan," ujarnya
Lebih jauh, lanjut Yusuf, pertumbuhan ekonomi juga akan ditentukan seberapa mampu pemerintah dalam menstimulasi pos-pos yang dinilai menjadi sumber pertumbuhan. Misalnya untuk PDB yang dilihat dari sisi permintaan, pemerintah perlu memastikan pertumbuhan konsumen rumah tangga di tahun depan yang tentu tidaklah mudah mengingat beberapa indikator pertumbuhan di tahun ini sebenarnya sempat mengalami perlambatan.
"Di sisi lain masalah seperti keterbatasan insentif untuk kelas menengah menurut saya juga akan menjadi tantangan dalam mencapai target pertumbuhan konsumsi rumah tangga," jelas Yusuf menambahkan.
Namun demikian, dirinya menilai, harapan tentunya ada pada investasi yang merupakan sumbang dan terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga.
"Tren investasi di beberapa tahun terakhir ini mengalami pertumbuhan dan saya kira itu yang kemudian perlu dipertahankan terutama dalam konteks mengejar target pertumbuhan ekonomi," tutupnya.
(SLF)