ECONOMICS

Aviliani: Ancaman Resesi Global Bukan untuk Dihindari

Viola Triamanda/MPI 11/11/2022 10:13 WIB

berbagai narasi yang beredar di masyarakat tentang ancaman terjadinya resesi, harusnya lebih bersifat informatif dan bukan untuk ajang menebar ketakutan.

Aviliani: Ancaman Resesi Global Bukan untuk Dihindari (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kondisi perekonomian global yang masih demikian fluktuatif dengan berbagai tekanan yang ada, mulai dari kondisi geopolitik internasional, tren lonjakan inflasi hingga kebijakan suku bunga tinggi, membuat berbagai pihak mulai khawatir terhadap ancaman terjadinya resesi pada tahun depan.

Kondisi tersebut turut menjadi sorotan pengamat ekonomi senior, Aviliani, saat hadir sebagai pembicara dalam Market Outlook 2023 yang dihelat oleh PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Kamis (10/11/2022).

Selain Aviliani, seminar ini juga menghadirkan beberapa pembicara lain, yaitu Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah, Co-founder & COO DOKU, Nabilah Alsagoff, dan Direktur Utama Bank Muamalat, Achmad K. Permana, selaku tuan rumah penyelenggaraan acara.

Menurut Aviliani, berbagai narasi yang selama ini beredar di masyarakat tentang ancaman terjadinya resesi, harusnya lebih bersifat informatif dan bukan untuk ajang menebar ketakutan. Hal itu lantaran dalam pandangan Aviliani, potensi bakal terjadinya resesi bukan untuk ditakuti, apalagi dihindari.

"Justru (potensi resesi harus) dijadikan peluang yang harus dimanfaatkan, karena faktanya masih banyak sektor-sektor yang mampu tumbuh positif, apalagi didukung oleh konsumsi masyarakat (Indonesia) yang masih cukup tinggi," ujar Aviliani, dalam paparannya.

Dalam pemahaman tersebut, maka menurut Aviliani yang perlu dilakukan oleh para pelaku industri dan juga pemerintah adalah sebisa mungkin memaksimalkan potensi sektor-sektor yang masih mampu tumbuh positif tersebut, guna mengimbangi tekanan yang sangat mungkin terjadi ketika kondisi resesi benar-benar melanda secara global.

"(Kondisi resesi) Harus kita hadapi, bukan dihindari," tutur Aviliani.

Salah satu sektor yang masih menyimpan potensi pertumbuhan yang menjanjikan tersebut, diantaranya, adalah pengembangan industri syariah nasional. Pandangan ini dibenarkan oleh Kepala Badan Pelaksana BPKH, Fadlul Imansyah.

Menurut Fadlul, selama ini pengelolaan dana haji oleh BPKH telah ikut berperan aktif dalam pengembangan industri syariah di Indonesia. Klaim tersebut didasarkannya pada begitu besarnya nilai dana kelola BPKH yang ditempatkan di lembaga perbankan syariah.

"Per Juni 2022 lalu dana haji yang dikelola oleh BPKH mencapai sekitar Rp158 triliun, yang dialokasikan dalam bentuk investasi sebesar kurang lebih 73 persen, dan penempatan di bank syariah sebesar kurang lebih 27 persen," ujar Fadlul, dalam kesempatan yang sama.

Nilai pengelolaan dana haji tersebut, menurut Fadlul, diproyeksikan bakal menjadi kisaran Rp160 triliun hingga akhir tahun nanti. Atas besarnya nilai dana tersebut, Fadlul pun tak ragu untuk mengklaim bahwa penempatan dana haji oleh BPKH turut andil dalam pertumbuhan kinerja industri syariah nasional.

"Hingga akhir tahun 2021 lalu, penempatan BPKH pada perbankan syariah tercatat mencapai tujuh persen terhadap total aset seluruh perbankan syariah di Indonesia," tutur Fadlul. 

Tak hanya dari segi penempatan dana, Fadlul menjelaskan, kontribusi BPKH melalui sisi investasi pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) juga tak kalah besar. Sejauh ini, nilai investasi BPKH disebut Fadlul telah mencapai kurang lebih sembilan persen terhadap total outstanding SBSN di Indonesia.

"Ini sekaligus menunjukkan betapa besarnya peluang kerja sama yang dapat dilakukan bersama BPKH, ataupun melalui Bank Muamalat, untuk memberikan dampak positif atas pengembangan ekonomi dan keuangan syariah secara keseluruhan," ungkap Fadlul.

Dengan nilai total dana kelola yang sangat besar tersebut, Fadlul optimistis bahwa BPKH dapat berperan lebih besar lagi dalam upaya mengembangkan ekosistem institusi keuangan nasional, khususnya di ceruk keuangan syariah.

"Tentu saja proses digitalisasi atas beberapa bisnis proses yang ada akan lebih mengoptimalkan dan mengefisiensikan pengelolaan keuangan haji yang telah ada saat ini,” tegas Fadlul. (TSA)

SHARE