Bakal Investasi di IKN, Intip PMA hingga Hubungan Dagang RI-Malaysia
Presiden Jokowi mengumumkan keterlibatan Malaysia dalam pembangunan proyek IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
IDXChannel - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa negaranya akan berinvestasi dalam pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan.
Anwar melakukan perjalanan luar negeri pertamanya ke Jakarta sejak menjabat pada November, dengan mengatakan setidaknya 10 perusahaan Malaysia telah berkomitmen untuk berinvestasi di Nusantara, calon ibu kota baru RI.
Anwar mengutip kedekatan Nusantara dengan negara bagian Sabah dan Sarawak Malaysia serta wilayah federal di pulau Kalimantan, dengan mengatakan pertumbuhan ibu kota baru akan menguntungkan ekonomi kawasan itu.
Pembangunan Nusantara tahap pertama dimulai pada Maret tahun lalu, dan diharapkan selesai pada 2045.
Anwar Ibrahim merupakan tokoh negeri Jiran yang dikenal luas di Indonesia. Ia dinobatkan sebagai tokoh demokrasi di Malaysia sejak ia adalah mantan wakil perdana menteri, yang mengalami pemecatan dan pemenjaraan pada 1990-an.
Peristiwa ini sempat menyebabkan protes jalanan besar-besaran. Anwar juga sudah sering berkunjung ke Indonesia saat menjadi pemimpin oposisi.
"Indonesia memiliki tempat khusus di hati saya. Saya berada dalam situasi yang sulit, hidup saya terombang-ambing dalam penderitaan, Indonesia menyambut saya sebagai teman sejati," katanya dalam konferensi pers bersama presiden Jokowi.
11 Letter of Intent IKN, PMA Malaysia Jumbo
Presiden Jokowi mengumumkan keterlibatan Malaysia dalam pembangunan proyek IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Itu tertuang dalam 11 Letter of Intent (LoI) alias surat pernyataan minat Malaysia untuk menanamkan modal di proyek IKN Nusantara.
"Saya menyambut baik minat para investor Malaysia dalam pembangunan Ibukota Negara Baru Nusantara," kata Jokowi dalam sesi konferensi pers, Senin (9/1).
Adapun penandatanganan perjanjian kerja sama ekonomi ini diperkirakan bernilai USD263 juta.
Perjanjian ini disebut sebagai bentuk dukungan dan keterbukaan pemerintah Malaysia untuk sektor swastanya. Selain itu, Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) melihat adanya peluang ekonomi yang turut bisa dimanfaatkan oleh negaranya.
"Dengan inisiatif MITI di Malaysia, kita telah menyaksikan semalam. Dan, hari ini satu usaha yang lebih positif dan agresif Malaysia karena ada kepentingan Malaysia, juga terutama di Sabah dan Serawak. Kedekatannya dan kepentingan ekonomi wilayah yang sangat bermakna," tutur Anwar di sela konferensi pers.
Jika merujuk pada data, Penanaman Modal Asing (PMA) Malaysia memang merupakan salah satu yang tertinggi. Dalam catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Malaysia merupakan salah satu investor terbesar Indonesia pada 2022.
Realisasi dana asing dari Malaysia ini mencapai USD2,21 miliar sepanjang tahun lalu. Angka ini menempatkan negeri Jiran menduduki urutan ke-5 terbesar PMA setelah Singapura, China, Hongkong, dan Jepang. (Lihat grafik di bawah ini.)
Aliran PMA dari Malaysia ke Indonesia juga meningkat dalam dua tahun terakhir. Investasi Malaysia sempat mencapai level tertinggi pada 2015 mencapai USD3,07 miliar.
Adapun selama periode 2012-2022 sudah ada 14.405 proyek PMA Malaysia di Indonesia. Jumlah proyek paling banyak tercatat pada 2020, yakni 3.283 proyek.
Beberapa perusahaan Malaysia juga berinvestasi di Indonesia seperti Maybank, CIMB, Petronas, Proton Holdings dan Sime Darby, grup bisnis perkebunan besar asal Malaysia hasil merger dari Kumpulan Guthrie, Golden Hope dan Sime Darby.
Ada juga XL Axiata yang dikenal dengan XL menjadi salah satu operator seluler terbesar ketiga di Indonesia. Ada juga maskapai penerbangan Air Asia yang sempat menjadi primadona warga karena tarifnya yang murah.
Jika jadi berkontribusi dalam pembangunan IKN, proyek dari negeri Jiran tentu bisa bertambah di masa depan.
Mitra Dagang Utama RI
Di samping modal asing, Malaysia memang sudah sejak lama menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia. Malaysia merupakan tujuan ekspor berbagai produk non-migas unggulan Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Sepanjang Januari hingga September 2022, ekspor non-migas Indonesia ke negeri Jiran mencapai USD10,7 miliar, melonjak 42,09% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara peningkatan terbesar ekspor RI secara month to month (mtm) Oktober hingga November 2022 salah satunya adalah ke Malaysia dengan nilai USD204,1juta.
Adapun menurut database COMTRADE PBB, impor Malaysia dari Indonesia secara total mencapai USD13,49 Miliar selama tahun 2021.
Di tahun pandemi, Indonesia membukukan ekspor dengan Malaysia USD8,13 miliar berdasarkan data per Desember 2020. Nilai tersebut merosot 7,63% dibandingkan ekspor tahun sebelumnya yang tercatat USD8,8 miliar.
Pada 2021, Indonesia mencapai surplus perdagangan dengan Malaysia sebesar USD2,56 miliar.
Di samping itu, Indonesia merupakan negara pengekspor batubara terbesar bagi Malaysia. Pada 2021, Malaysia mengimpor batubara sebanyak RM16,6 miliar dengan 73,8%-nya berasal dari Indonesia.
Impor utama Malaysia dari RI mencakup bahan bakar mineral, minyak, dan produk penyulingan lainnya senilai USD3,85 miliar. Di urutan kedua, impor lemak dan minyak hewani, nabati, dan produk turunannya mencapai USD2,02 miliar.
Perekonomian Malaysia juga terus mengalami momentum pemulihan. Pertumbuhan ekonomi negeri Jiran sebesar 14,2% pada kuartal ketiga tahun lalu. Dibandingkan dengan 8,9% pada kuartal kedua dan 5% pada kuartal pertama.
Mengutip website resmi pemerintah Malaysia, pertumbuhan PDB yang kuat disumbangkan oleh permintaan domestik dan eksternal yang kuat serta pasar tenaga kerja yang membaik.
Menurut catatan IMF, GDP Malaysia berjumlah USD 439.373 miliar. Adapun GDP Indonesia mencapai USD 1289,29 miliar.
Indonesia dan Malaysia juga negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar dunia.
Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat, hampir 85% minyak sawit diproduksi hanya di dua negara - Indonesia dan Malaysia. Pada 2019, Indonesia memproduksi 42,5 juta ton, 58% dari produksi global, sedangkan 19 juta ton berasal dari Malaysia - 26% dari pasokan global.
Menurut data Statista, produksi minyak sawit pada 2021/2022 dipimpin oleh Indonesia mencapai 45,3 juta metrik ton. Sementara Malaysia menduduki peringkat kedua sebesar 18,3 juta metrik ton.
Indonesia dan Malaysia seringkali terjebak dalam perlombaan menjadi eksportir crude palm oil (CPO) terbesar. Sejak 2016, Indonesia berhasil menggeser kedudukan Malaysia sebagai eksportir utama. (ADF)