ECONOMICS

Bangun PLTU Suralaya, Hutama Karya Pakai Teknologi Ramah Lingkungan Ini

Suparjo Ramalan 22/07/2022 11:54 WIB

PT Hutama Karya (Persero) tengah mengembangkan teknologi ramah lingkungan dalam konstruksi salah satu proyek Engineering, Procurement, & Construction (EPC)-nya.

Bangun PLTU Suralaya, Hutama Karya Pakai Teknologi Ramah Lingkungan Ini (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Hutama Karya (Persero) tengah mengembangkan teknologi ramah lingkungan dalam konstruksi salah satu proyek Engineering, Procurement, & Construction (EPC)-nya. Proyek yang dimakaud adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten.  

Direktur Operasi II Hutama Karya, Ferry Febrianto mengatakan dalam konstruksi PLTU Suralaya, pihaknya mengadopsi teknologi Ultra-Supercritical dan sistem penanganan polusi gas buang yang canggih. 

Teknologi Ultra Supercritical memungkinkan pembangkit ini menghasilkan listrik secara efisien dan cost efficient karena membutuhkan jumlah batubara dan fuel oil yang lebih sedikit dari sistem pembangkit lainnya. Penggunaan batubara yang lebih sedikit menghasilkan polusi yang lebih sedikit pula.

“Selain itu, gas hasil buangan juga di-treatment lebih lanjut agar memenuhi standar lingkungan hidup yang berlaku,” ujar Ferry, Jumat (22/7/2022).

Sesuai peraturan, standar baku mutu untuk kandungan gas buang PLTU seperti SOx, Partikulat, dan NOx masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3 dan 550 mg/Nm3. Ferry menyampaikan berkat teknologi yang dikembangkan, maka angka-angka itu dipangkas menjadi di bawah 350 mg/Nm3, 30 mg/Nm3, dan 128mg/Nm3, secara berurutan untuk SOx, Partikulat, dan NOx. 

Di samping itu teknologi USC memiliki thermal efficiency yang lebih tinggi daripada teknologi Subcritical dan Supercritical. Ferry mencatat, semakin tinggi thermal efficiency yang dihasilkan maka semakin sedikit jumlah batu bara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran.

Artinya, untuk menghasilkan output energi yang sama, teknologi USC membutuhkan jumlah batu bara yang lebih sedikit dari teknologi subcritical atau supercritical. Ini juga mempengaruhi kadar polusi yang dihasilkan. 

Batubara memiliki kandungan sulphur, di mana bila dibakar akan menghasilkan sulphur dioxide (SO2). Apabila SO2 dibuang ke atmosfer, dan bercampur dengan awan, maka akan menghasilkan hujan asam. Karena jumlah batubara yang dibutuhkan lebih sedikit, teknologi USC dapat menghasilkan kandungan SO2 yang lebih sedikit pula, sehingga lebih ramah lingkungan.

Selain USC, PLTU Suralaya dilengkapi dengan sistem penanganan gas buang yang canggih. Proyek ini menggunakan sistem Electrostatic Precipitator, Flue Gas Desulphurization System dan Selective Catalytic Converter.

Sistem-sistem tersebut memiliki fungsinya masing-masing dimana gas buang dari hasil pembakaran akan disalurkan ke sistem-sistem tersebut sehingga kandungan berbahaya dari gas buang tersebut, seperti Nitrogen Oksida (NOx), Sulphur Dioksida (SO2), partikulat padat, dan lainnya dapat dikurangi sampai batas aman atau bahkan dihilangkan.

Tak sampai di situ, PLTU Suralaya juga mengimplementasikan teknologi mutakhir untuk mengurangi polusi akibat dari pembakaran batu bara. Sebut saja sistem boiler pada proyek ini menggunakan teknologi low NOx Burner. Low NOx burner ini menggunakan system yang dapat mengontrol campuran udara dan bahan bakar sehingga menghasilkan kandungan Nitrogen Oksida (NOx) yang rendah. NOx merupakan salah satu gas yang berbahaya apabila dilepas ke atmosfer dan dihirup manusia.

Setelah itu, gas hasil pembakaran batu bara dari boiler kemudian disalurkan ke Selective Catalytic Reduction (SCR) system. Pada sistem ini, gas buang akan diinjeksi dengan ammonia menggunakan ammonia injection system. Proses ini menghasilkan reaksi kimia antara amonia dan N0x sehingga gas buang bersih dari kandungan N0x.

“Selanjutnya gas buang disalurkan menuju Electrostatic Precipitator (ESP). Tujuan ESP ini adalah untuk menyaring partikulat-partikulat padat hasil pembakaran batu bara agar tidak terbuang ke udara. System ESP ini menghasilkan medan elektrostatik yang memungkinkan partikulat dari gas buangan tersebut tertarik dan menempel di anoda yang ada di ESP. Partikulat yang tertarik kemudian dikumpulkan untuk di-treatment lebih lanjut,” imbuh Ferry.

(DES)

SHARE