ECONOMICS

Bank Sentral Eropa: Decoupling AS-China Bisa Picu Inflasi Tinggi

Wahyu Dwi Anggoro 18/04/2023 10:17 WIB

Fragmentasi ekonomi dunia menjadi dua blok terpisah yang masing-masing dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan China dapat memicu ketidakstabilan.

Bank Sentral Eropa: Decoupling AS-China Bisa Picu Inflasi Tinggi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Fragmentasi ekonomi dunia menjadi dua blok terpisah yang masing-masing dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan China dapat memicu ketidakstabilan perdagangan global, meningkatkan inflasi dan melemahkan pertumbuhan. 

Dilansir dari AP pada Selasa (18/4/2023), peringatan tersebut disampaikan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde dalam sebuah acara diskusi di Washington.

Menurut Lagarde, data ekonomi sejak tahun 1900 menunjukkan bahwa kondisi geopolitik yang panas selalu menyebabkan inflasi yang lebih tinggi.

Biaya cenderung meningkat karena negara menghentikan atau mengurangi perdagangan dengan saingannya dan mencari pasokan di dalam negeri atau dari negara sekutu. 

Dia menambahkan bahwa memutuskan hubungan dengan China bukanlah hal yang mudah. Misalnya, Eropa bergantung pada mineral tanah jarang dari China untuk produksi telepon genggam, komputer dan barang lainnya.

Jika rantai pasokan dunia terpecah menurut garis geopolitik, Lagarde memperingatkan, harga konsumen bisa naik lima persen dalam waktu dekat dan satu persen dalam jangka panjang. Perekonomian dunia yang lebih terpecah dan kurang efisien juga akan mempersulit upaya bank sentral untuk menahan inflasi. 

Lagarde  mulai memimpin ECB pada 2019 setelah delapan tahun sebagai kepala Dana Moneter Internasional (IMF). Untuk memerangi inflasi yang diperburuk oleh gangguan pasar energi dan makanan akibat perang Ukraina, ECB telah menaikkan suku bunga secara agresif.

“Ini mulai berhasil,” kata Lagarde.

Inflasi di 20 negara euro melambat pada Maret menjadi 6,9 persen, level terendah dalam setahun, turun dari level puncak 10,6 persen di bulan Oktober. (WHY)

SHARE