ECONOMICS

Batu Bara Masih Cukup 65 Tahun Lagi, Realistiskah Penghentian Dini PLTU?

Maulina Ulfa - Riset 23/09/2022 15:25 WIB

Cadangan batu bara RI masih menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Langkah penghentian penggunaan PLTU masih perlu dikaji ulang.

Batu Bara Masih Cukup 65 Tahun Lagi, Realistiskah Penghentian Dini PLTU? (Foto: MNC Media)

 IDXChannel – Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengutarakan, setidaknya tiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara  akan segera diakhiri masa operasionalnya dalam waktu dekat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, rencana PLTU yang akan dipensiunkan itu sudah masuk ke dalam uji kelayakan (feasibility study). Namun sayangnya, dia masih enggan menyebutkan PLTU mana saja yang akan dihentikan dalam waktu dekat ini.

Sebelumnya, Arifin sempat menyebut bahwa berdasarkan kajian, setidaknya terdapat 33 lokasi PLTU dengan total kapasitas mencapai 16,8 Giga Watt (GW) yang bisa dipensiunkan.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah resmi melarang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara.

Tak hanya itu, Presiden pun meminta Menteri untuk menyusun peta jalan percepatan pengakhiran atau mempensiunkan PLTU yang masih beroperasi saat ini.

Kebijakan tersebut resmi tertuang dalam Peraturan Presiden No.112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Listrik.

Peraturan Presiden ini ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 13 September 2022 dan berlaku efektif pada saat diundangkan yakni sama seperti tanggal penetapan, 13 September 2022. Adapun kebijakan tersebut ditujukan dalam rangka transisi energi sektor ketenagalistrikan.

Cadangan Melimpah, Ketergantungan Batu bara Masih Besar

Batu bara semakin dijauhi karena dianggap sebagai sumber emisi yang merusak lapisan ozon.

Meski demikian, cadangan batu bara Tanah Air masih melimpah, cukup dalam menjaga ketahanan energi nasional beberapa tahun ke depan.

Mengutip Worldmeters, Indonesia memiliki cadangan batu bara terbukti sebesar 24.910 juta ton (MMst) pada 2016. Menempatkan Indonesia menjadi peringkat 11 di dunia dan menyumbang sekitar 2% dari total cadangan batu bara dunia sebesar 1.139.471 juta ton (MMst).

Dengan ini, Indonesia memiliki cadangan terbukti setara dengan 242,7 kali konsumsi tahunannya. Ini berarti Indonesia bisa memanfaatkan batu bara sekitar 243 tahun lamanya jika mengacu pada tingkat konsumsi saat ini. Bahkan jumlah ini belum termasuk cadangan yang belum terbukti).

Sementara mengutip Direktorat Jendral Mineral dan Batu bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan batu bara Indonesia mencapai 38,84 miliar ton pada 2021.

Dengan rata-rata produksi batu bara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batu bara masih 65 tahun apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.

Sumber: Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batu bara 2021-2045 Kementerian ESDM

Optimalisasi penggunaan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri diproyeksikan terus naik dari 186 juta ton pada tahun 2021 hingga maksimum 281 juta ton di tahun 2050.

Dewan Energi Nasional (DEN) dalam “Outlook Energi Indonesia 2019” juga memproyeksikan permintaan listrik pada 2050 akan mengalami kenaikan sebesar 9 kali lipat dari tahun 2018 atau mencapai 2.562 TWh dengan asumsi bahwa kerugian dalam transmisi dan distribusi sekitar 10%.

DEN juga memperkirakan produksi listrik pembangkit berbahan bakar batu bara masih akan tetap mendominasi pada masa mendatang. Meskipun pangsanya terhadap total produksi listrik semakin menurun dari 57% di tahun 2018 menjadi 41% pada tahun 2050.

Batu bara juga masih menjadi tumpuan bagi kawasan Asia Pasifik dalam penyediaan energi yang terjangkau dan murah. Kawasan memiliki kapasitas batu bara mencapai 76%, termasuk rencana pengembangannya yang akan mencapai kapasitas 94%.

Dibandingkan dengan China, negeri Panda ini menjadi konsumen sekaligus produsen batu bara terbesar di dunia namun hanya memiliki cadangan batu bara domestik untuk 50 tahun ke depan, mengutip Oilprice.

Dalam beberapa bulan terakhir, China juga meningkatkan produksi batu baranya secara signifikan. Dihadapkan pada ancaman kekurangan pasokan listrik saat musim gugur lalu, pihak berwenang China memerintahkan peningkatan produksi batu bara domestik disebabkan melonjaknya harga batu bara global.

Keamanan energi menjadi konsen negeri Tirai Bambu ini sejak musim gugur 2021. Di awal tahun 2022, China mengatakan akan terus memaksimalkan penggunaan batu bara di tahun-tahun mendatang untuk menjaga keamanan energinya di tengah janji untuk berkontribusi mengurangi emisi global.

Upaya ini terlihat dengan adanya percepatan persetujuan PLTU batu bara tahun ini. Pada kuartal pertama saja, China menyetujui kapasitas batu bara setara hampir setengah dari semua kapasitas PLTU pada 2021. China memberikan lampu hijau untuk proyek PLTU 8,63 gigawatt (GW) PADA q1 2022, setara 46,55% dari kapasitas 2021.

Melihat langkah China ini, Indonesia sepertinya tidak akan benar-benar serius untuk mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik. Mengingat peran batu bara yang masih cukup signifikan dalam sistem kelistrikan Tanah Air.

Indonesia perlu memikirkan langkah pengurangan emisi dari penggunaan batu bara melalui pemanfaatan sejumlah teknologi. Di antaranya adalah teknologi penangkapan karbon atau carbon capture utilisation and storage (CCUS). (ADF)

SHARE