Begini Jurus Wamen ESDM Capai Ketahanan Energi dan Hilirisasi di Era Prabowo
Wamen ESDM memaparkan upaya untuk mencapai ketahanan energi dan mendorong hilirisasi yang menjadi program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
IDXChannel - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot memaparkan tiga program prioritas Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Prabowo Subianto. Ketiga program prioritas itu yakni ketahanan pangan, ketahanan energi dan hilirisasi.
Yuliot menilai ketahanan energi menjadi fokus penting bagi pemerintahan Prabowo baik dari bahan bakar minyak (BBM) maupun batu bara. Sebab, saat ini terjadi penurunan tingkat produksi minyak dalam negeri.
Dia mengatakan pada masa lalu, Indonesia bisa memproduksi bahan bakar minyak atau lifitng per hari sekitar 1,5 juta barel per hari. Sementara tingkat konsumsi BBM saat itu di dalam negeri hanya sekitar 600 ribu barel.
“Keadaannya sudah berbalik, Bapak Ibu sekalian, kita kebutuhan per hari sekitar 1,5 juta barel, sementara tingkat produksi di dalam negeri sekitar 600 ribu barel. Kita harus impor minyak dari berbagai negara sekitar 900 ribu barel per hari," tuturnya.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang berasal dari fosil, pemerintah berusaha diversifikasi dengan energi baru dan terbarukan (EBT)
Sumber EBT tersebut bisa berasal dari bahan bakar nabati dan pengembangan teknologi seperti kendaraan listrik.
"Kalau untuk ekosistem kendaraan listrik, bahan bakunya untuk di Maluku Utara sangat tersedia," kata dia.
Hal itu sejalan dengan program prioritas ketiga yaitu hilirisasi. Pemerintahan Prabowo saat ini mewajibkan semua kementerian atau lembaga yang terkait untuk mendukung hilirisasi.
Yuliot mencontohkan salah satu kesuksesan hilirisasi nikel yang terjadi di Maluku Utara, yang saat ini menjadi kawasan industri pengolahan nikel.
Menurutnya, Maluku Utara merupakan contoh sukses program hilirisasi. Sebab, provinsi tersebut tadinya hanya ekspor bahan mentah dalam bentuk nikel ore.
Namun, sekarang dengan adanya program hilirisasi kini memproduksi dua komponen, yaitu nikel dan kobalt yang diperlukan untuk ekosistem kendaraan listrik.
Berdasarkan data, aliran investasi hilirisasi yang masuk dari adanya program hilirisasi di Maluku Utara pada Januari sampai dengan September 2024 mencapai Rp55 triliun.
"Rp55 Triliun untuk aliran investasi masuk dampaknya adalah pertumbuhan perekonomian Maluku Utara adalah yang tertinggi di seluruh dunia pada 2023 yang lalu, ini 20,49 persen kalau tidak salah," tuturnya.
Yuliot mengharapkan dukungan dari beberapa pihak seperti pelaku usaha untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan hilirisasi. Apalagi kebijakan pemerintah di Kabinet Merah Putih ini yaitu setiap investasi yang masuk harus melibatkan pelaku usaha yang ada di daerah.
"Jangan itu hanya yang besar masuk tanpa keterlibatan pelaku usaha di daerah yang akan menjawab semakin timpangnya kondisi ekonomi yang ada di daerah," kata dia.
(Febrina Ratna)