ECONOMICS

Begini Sistem Pembatasan Jumlah Pengunjung Candi Borobudur

Suparjo Ramalan 25/05/2023 13:45 WIB

InJourney akan membentuk satu sistem digital yang bertugas mengidentifikasi dan membatasi para pengunjung di Candi Borobudur.

Begini Sistem Pembatasan Jumlah Pengunjung Candi Borobudur. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah berencana akan membatasi jumlah pengunjung di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kebijakan tersebut untuk menjaga eksistensi dan kelestarian salah satu peninggalan budaya terbesar di dunia tersebut.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, nantinya PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney akan membentuk satu sistem digital yang bertugas mengidentifikasi dan membatasi para pengunjung di Candi Borobudur.

"Kembali, untuk (Candi) Borobudur merupakan peninggalan yang luar biasa dan dunia mengkhawatirkan kerusakan, maka diharapkan ada pembatasan, karena itu solusinya dengan digitalisasi," ujar Erick dalam konferensi pers terkait rangkaian Hari Raya Waisak, Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Melalui sistem digital, lanjut Erick, para pengelola hanya mengizinkan 150 orang untuk menaiki Candi Borobudur dengan rentang waktu 15 menit saja. Setelah itu, akan ada pergantian dengan 150 pengunjung lainnya.

Kebijakan lain adalah pengunjung dilarang memakai sepatu atau sandal saat menaiki Candi Borobudur. Hal ini bertujuan menjaga ukuran dari struktur candi agar tidak tergerus dan terus menipis.

Bebatuan di relief dan tangga Candi Borobudur menjadi tergerus sampai 5 cm dari kondisi semula akibat gesekan alas kaki. Selain itu, tak dipungkiri juga faktor alam.

"Dengan digitalisasi begitu naik dengan 150, begitu 150 sudah turun, 15 menit kemudian naik lagi. Enggak boleh pakai sepatu, enggak pakai sandal karena supaya apa? Supaya sentimeternya tidak terus menurun," ucap dia.

Pemerintah melalui InJourney juga akan membuat beberapa zona di kawasan candi kebanggaan umat Buddha itu. Zonasi akan terdiri dari zona spiritual hingga wisatawan. Setiap zonasi akan dijaga oleh para petugas budaya.

"Kita juga membuat terobosan yang namanya zonasi. Di Borobudur ada zona spiritual, untuk yang mau ngonten, ada yang mau santai boleh. Tapi satu sama lain saling menghormati. Jangan nanti yang berdoa diganggu atau wisata juga terganggu, kadang-kadang konteks sosial, bermasyarakat pasti ada gesekan," katanya.

"Di situlah kita membuat terobosan namanya petugas budaya, ini belajar dari Bali juga. Petugas budaya ini menjaga keseimbangan, sudah ada, nanti petugas budaya ini kita kerja samakan dengan sekolah pariwisata di sekitarnya supaya memang mereka meresapi, menjiwai," lanjut Erick.

(YNA)

SHARE