Belajar dari Krisis BBM Inggris, Ekonom Ingatkan Segera Transisi ke EBT
Krisis energi di Inggris merupakan momentum transisi menuju energi terbarukan.
IDXChannel - Krisis energi masih terus menghantam Inggris. Antrean panjang terjadi di sejumlah SPBU di kota London akibat krisis bahan bakar minyak (BBM) lantaran keterbatasan penyaluran BBM ke SPBU.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan krisis tersebut merupakan momentum transisi menuju energi terbarukan.
"Itu (energi terbarukan) memang harus disiapkan sehingga ketika harga energi internasional yang meningkat yang berasal dari fosil maka ketergantungan ini bisa menciptakan krisis,' ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (29/9/2021).
Dia mengatakan, krisis energi ini perlu diantisipasi dengan segera transisi ke energi terbarukan seperti solar panel dan sumber-sumber energi terbarukan lain. "Ini juga jadi momentum emisi karbon,' ujarnya.
Selain itu, Bhima menyebut krisis kelangkaan pasokan energi atau komoditas di Inggris akan mempengaruhi perekonomian indonesia khususnya terjadi inflasi dan berbagai penurunan jumlah ekspor dan impor dalam komoditas tertentu di negara Indonesia.
"Sebagai salah satu sinyal kedepan akan mengalami kenaikan dalam beberapa bulan mendatang, sehingga kita harus bersiap-siap pertama terhadap inflasi dan inflasi ini harus diantisipasi karena efek dari naiknya harga minyak kepada harga pangan kemudian harga kebutuhan pokok lainnya ini relatif ke sensitif," kata Bhima.
Dengan demikian artinya harga minyak mentah mengalami kenaikan, kemudian harga BBM di dalam negeri disesuaikan maka imbasnya juga akan terasa kepada harga bahan makanan.
"Sementara pemulihan ekonomi pasca Covid-19 terjadi namun belum merata di seluruh kelompok, maka inflasi akan memukul kelas menengah bawah dan menciptakan penurunan daya beli yang signifikan dan membuat orang miskin semakin bertambah," tuturnya.
Bhima menyarankan hal yang kemudian juga yang perlu diantisipasi dampak dari krisis energi yang ada di Inggris ini akan memicu penurunan ekspor komoditas dari Indonesia.
"Ini berpengaruh pada komoditas ekspor karena dikhawatirkan adanya shutdown dari beberapa industri-industri penting yang ada di Inggris karena kelangkaan energi. ini harus diantisipasi juga dengan mencari pasar-pasar yang potensial di luar dari Inggris atau di luar dari negara yang sedang ancaman krisis energi nya itu meningkat," terang nya. (TIA)