ECONOMICS

Benarkah Ada Permainan di Balik Tes PCR, Ini yang Sebenarnya Terjadi

Rizky Pradita Ananda 30/10/2021 13:27 WIB

Ketika Pandemi Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia, harga tes PCR sempat mencapai lebih dari Rp2 juta untuk sekali pemeriksaan.

Benarkah Ada Permainan di Balik Tes PCR, Ini yang Sebenarnya Terjadi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketika Pandemi Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia, harga tes PCR sempat mencapai lebih dari Rp2 juta untuk sekali pemeriksaan. Angka tersebut terus mengalami penurunan, hingga akhirnya ditetapkan menjadi Rp275 ribu.

Harga tes swab PCR yang berubah-ubah selama beberapa waktu belakangan ini mau tak mau memunculkan dugaan permainan keuntungan di dunia bisnis pemeriksaan tes PCR itu sendiri. Lalu seberapa besar kah perputaran uang di bisnis tes PCR di Indonesia?

Randi H Teguh, yang merupakan Sekjen Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (GAKESLAB Indonesia), mengatakan jika mengacu pada kebijakan 3T (testing, tracing, treatment) saja memang nilainya cukup besar.

“Kalau nilai rupiahnya saya enggak punya data, tapi potensinya kan berapa jumlah orang yang diperiksa. Kalau dari segi epidemilogisnya, dari 1 orang yang positif berarti kan 5-10 orang kontak erat harus diperiksa (sesuai dengan 3T). Belum lagi ada kepentingan tes yang diperluaskan untuk mereka yang ingin melakukan perjalanan. Artinya, kalau untuk target 3T nya saja tadinya Rp100-200 ribu naik jadi Rp500ribu testing, ya tinggal dikalikan saja tuh rupiahnya sekarang, kalau dibesarkan lagi ya tentu cukup besar,” papar Randi, dalam acara Polemik MNC Trijaya, “Ribut-Ribut PCR”, Sabtu (30/10/2021).

Saat ditanya, apakah sebenarnya angka tersebut bisa sanggup ditanggung oleh negara,, contohnya melalui dana PEN (pemulihan ekonomi nasional) yang mencapai 700Triliun. Randi menjawab, dana tersebut tinggal dibedah sesuai prioritas.

“Setau kami untuk program 3T yang di rumah sakit pemerintah itu sudah program pemerintah, gratis. Tapi yang masalahnya sekarang pemerintah mau meluaskan lagi jadi kepada masyarakat umum, yaitu dengan pengguna transportasi udara bahkan nanti ke moda transportasi lain. Mungkin kita bisa bedah dari dana Rp700 triliun itu, dana kesehatan sendiri kalau tidak salah Ibu Sri Mulyani bilang ada sekitar Rp490 triliun, itu nanti tinggal dibedah tergantung prioritasnya sih,” lanjutnya.

Sementara itu, meski ia sebagai pelaku bisnis usaha alat kesehatan dan laboratorium, menurut Randi sebetulnya tidak ada urgensi untuk tes PCR pada penumpang pesawat, karena persentase penularannya sangat sedikit.

“Saya sebenarnya sepakat dengan analisa epidemolog Griffith University, dr. Dicky Budiman. Kalau kita lihat prioritas urgensi PCR di pesawat itu jadi enggak ada ya, karena secara data ilmiahnya penularannya sangat sedikit dan sekarang juga kasus kan  menurun. Jangan-jangan kita harus lihat juga selama kasus tinggi kemaren yang sampai 50ribu, dengan antigen menurunkan kasus tuh. Mengapa tidak diteruskan dengan antigen, jangan-jangan dengan antigen sebetulnya sudah cukup dibandingkan PCR,” tutup Randi. (TYO)

SHARE