ECONOMICS

Benarkah Biaya Logistik RI Lebih Mahal dari Singapura? Ini Penjelasan Pelindo

Suparjo Ramalan 02/10/2024 23:00 WIB

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menilai tidak bisa membandingkan biaya logistik Indonesia dengan Singapura secara apple to apple.

Benarkah Biaya Logistik RI Lebih Mahal dari Singapura? Ini Penjelasan Pelindo. Foto: MNC Media.

IDXChannel - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menilai tidak bisa membandingkan biaya logistik Indonesia dengan Singapura secara apple to apple. Sebab, ada beberapa aspek yang dinilai berbeda dari kedua negara.

Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika, mengatakan membandingkan ongkos logistik Indonesia dan Singapura perlu kehati-hatian dan harus melihat dari berbagai aspek. 

Dia menerangkan, pelabuhan Singapura merupakan transhipment port atau pelabuhan hub ekspor, di mana kargo dari kapal-kapal kecil di seluruh penjuru dialihkan muatannya di kapal besar yang bersandar di pelabuhan untuk dikirim ke luar negeri dan sebaliknya.

Kondisi itu berbeda dengan Indonesia yang mana pelabuhan di dalam negeri hanya sebagai gerbang (gateway) yang berfungsi sebagai pintu yang dilalui orang dan barang ke dalam maupun ke luar pelabuhan. 

"Kalau di Singapura ibarat mampir, jadi kalau kita mau membandingkan dari sisi biaya logistik ini kita harus hati-hati," ujar Mona saat ditemui wartawan di Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2024).

Dia mengatakan, biaya logistik Indonesia saat ini sebesar 14,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara, porsi pelabuhan sekitar 1-2 persen. Angka itu disebut-sebut lebih mahal dari Singapura. 

Saat ini, penurunan biaya logistik menjadi fokus utama setelah penggabungan (merger) Pelindo pada 2021. Pasca konsolidasi, perseroan berupaya memberikan kontribusi agar ongkos logistik bisa berkurang.

"Nah untuk apa sih kita melakukan ini semua? Kita bicara masalah biaya logistik, mungkin kalau ini kita satu pemahaman, tujuan utamanya adalah bagaimana kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan biaya logistik," tuturnya.

Pasca merger Pelindo masih melakukan berbagai inisiatif, misalnya standarisasi layanan operasional dan digitalisasi. Mona mengatakan, semakin cepat kegiatan bongkar-muat di pelabuhan, semakin cepat pula suplai rantai logistik, sehingga menciptakan efisiensi di sisi biaya.

"Artinya kalau kita bicara supply chain, itu pelabuhan itu kan sebenarnya ada di titik ketika barang itu dilakukan bongkar-muat, dari situ bongkar maupun dari sisi muatnya, dari door to port maupun port to door, bagaimana pelabuhan ini bisa memproses kegiatan bongkar-muat itu secepat mungkin," kata Mona.

Saat ini skala operasi Pelindo semakin besar, di mana tercatat perusahaan memiliki 71 cabang dengan total lebih dari 110 pelabuhan. Dengan skala operasi yang luas ini, standarisasi layanan membutuh waktu cukup lama.

"Tentunya itu akan memakan waktu, makanya kita punya prioritas, mana pelabuhan yang harus kita lakukan standarisasi terlebih dahulu. Ketika kita sudah melakukan standarisasi, kita mantap dengan prosesnya, orang-orang yang ditransformasi dan sebagainya, baru kita naik tingkatan ke masalah digitalisasi," ucap dia. 
 
(NIA DEVIYANA)

SHARE