ECONOMICS

Berambisi Kuasai Pasar Baterai EV tapi RI Masih Defisit Smelter Nikel

Atikah Umiyani/MPI 08/06/2023 15:30 WIB

Kementerian Perindustrian mencatat dari 34 perusahaan smelter nikel yang beroperasi di Indonesia.

Berambisi Kuasai Pasar Baterai EV tapi RI Masih Defisit Smelter Nikel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Perindustrian mencatat dari 34 perusahaan smelter nikel yang beroperasi di Indonesia, baru 4 perusahaan yang masuk hilirisasi karena memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufik Bawazier mengungkapkan, keempat perusahaan tersebut perlu pengembangan ke depan serta dukungan dari komisi VII karena memerlukan investasi. 

"Kita balikkan situasi bahwa dari hulunya kita masuk lebih hilir dan disini perlu dukungan komisi VII untuk mendukung itu karena ini perlu investasi," jelasnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Plt.Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Direktur Jenderal (Dirjen) Ilmate Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier dan 20 Dirut Perusahaan Smelter Nikel, Kamis (8/6/2023).

Taufiek menyebutkan, industri pirometalurgi nikel yang sudah beroperasi 34 perusahaan, sementara 17 smelter masih dalam proses konstruksi. 

"Dan yang masih dalam proses studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) ada 6 smelter yang tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Banten, dan rencananya di Kalimantan Selatan. Ini tentunya konsentrasi di Sulawesi dan Maluku banyak mineral nikel dan turunanya yang bisa dieksploitasi kemakmuran nasional," terangnya.

Taufiek menambahkan, sementara itu  untuk smelter nikel hidrometalurgi atau smelter pendekatan High Pressure Acid Leaching (HPAL), terdapat 4  perusahaan yang sudah beroperasi, diantaranya PT Huayue Nickel Cobalt, PT QNB New Energy Material, PT Halmahera Persada Lygend, dan PT Kolaka Nickel Indonesia. 

Dikatakan Taufiek, untuk Industri Nikel berbasis hidrometalurgi sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) baru mencapai produksi MHP dengan kapasitas produksi 915.000 ton per tahun. 

“Ini bisa dimanfaatkan paling tidak setelah pabrik baterai kita cukup kuat, kita bisa supply bahan baku nasional ke dalam ekosistem EV di dalam negeri,” tandasnya.

(SLF)

SHARE