ECONOMICS

Berhasil Ditekan, Tiga Risiko Ini Berpotensi Kerek Utang Luar Negeri Kembali Naik

Heri Purnomo 27/06/2022 04:44 WIB

Meski berhasil menurunkan nilai utang luar negeri, pemerintah diperingatkan untuk tetap waspada karena penurunan diyakini bakal bersifat temporer.

Berhasil Ditekan, Tiga Risiko Ini Berpotensi Kerek Utang Luar Negeri Kembali Naik (foto: MNC Media)

IDXChannel - Indonesia berhasil menekan catatan Utang Luar Negeri (ULN), berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada April 2022 tercatat sebesar US$409,5 miliar. Catatan tersebut turun signifikan dibanding catatan ULN pada bulan sebelumnya yang masih sebesar US$412,1 miliar.

Meski berhasil menurunkan nilai utang luar negeri, pemerintah diperingatkan untuk tetap waspada karena penurunan diyakini bakal bersifat temporer, dan berpotensi kembali naik pada tahun 2023 mendatang. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudistira, menyebut ada sedikitnya tiga risiko yang menghadang Indonesia sehingga berpotensi mendorong ULN kembali melonjak.

"ULN yang turun saat ini hanya temporer. Tahun depan akan kembali naik. Paling tidak ada tiga risiko yang akan membuat kenaikan ULN terjadi secara eksesif tahun 2023," ujar Bhima, kepada MNC Portal, Minggu (26/6/2022). 

Risiko pertama, menurut Bhima, yaitu tren kenaikan suku bunga secara global akan meningkatkan bunga utang luar negeri pemerintah. Ketika Fed Rate naik agresif, maka investor pemegang surat utang berharap pemerintah bakal menaikkan kupon surat buna negara (SBN), di mana Bunga pasar SBN diperkirakan dapat menembus sembilan persen.

Sementara risiko kedua, menurut Bhima, yaitu terkait dengan pembelajaran pemerintah perihal pendanaan pemilu dan penyelesaian proyek infrastruktur.

"Di mana belanja pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan pemilu, penyelesaian proyek infra sebelum 2024 akan menekan ruang fiskal. Gap defisit akan didanai oleh utang," katanya. 

Sedangkan risiko ketiga disebut Bhima terkait pelemahan nilai tukar akibat tekanan eksternal mengakibatkan selisih kurs dimana sebagian besar pendapatan pemerintah bersumber dari dalam negeri sementara pembayaran cicilan pokok dan bunga dalam bentuk valas. (TSA)

SHARE