ECONOMICS

BI Harap Inflasi Periode Ramadan dan Idul Fitri 2024 Bisa Terkendali

Iqbal Dwi Purnama 27/03/2024 12:05 WIB

Bank Indonesia (BI) berharap tingkat inflasi selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 2024 bisa terkendali.

BI Harap Inflasi Periode Ramadan dan Idul Fitri 2024 Bisa Terkendali. (Foto Tangkapan Layar)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) berharap tingkat inflasi selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 2024 bisa terkendali. Sebab, harga bahan pangan berpotensi mengalami kenaikan pada periode ini.

"Selama HKBN Ramadan dan Idul Fitri terdapat potensi peningkatan harga pangan seiring meningkatnya permintaan masyarakat, kita berharap inflasi HKBN bisa terkendali," ujar Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono dalam sambutannya pada acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Kalimantan secara virtual, Rabu (27/3/2024).

Doni menjelaskan, beberapa tantangan perlu diantisipasi dalam rangka pengendalian inflasi pangan. Seperti dari sisi pasokan, distribusi, hingga faktor cuaca yang menjadi penyebab adanya inflasi pangan.

Pada tahun ini, Doni juga mengatakan, pemerintah akan lebih berfokus untuk menjaga stok dan ketersediaan beberapa komoditas pangan strategis. Misalnya beras, cabai, bawang merah, yang menjadi bahan baku utama pada sebuah masakan.

"Serta komoditas lainnya yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi di masing masing wilayah," lanjutnya.

Dalam rangka menjaga inflasi pangan yang mengancam menjelang Idul Fitri, BI berkomitmen untuk melakukan stabilisasi harga jangka pendek dengan melakukan intervensi pasar. Menghadirkan pasar murah, agar hukum permintaan dan penawaran di pasar menjadi seimbang dan harga bisa stabil.

"GNPIP tahun 2024 juga tetap memperkuat komitmen untuk melakukan quick win atau stabilisasi harga jangka pendek di pasar," lanjutnya.

Selain faktor permintaan, kata Doni, inflasi pangan menjelang Idul Fitri juga berpotensi disebabkan oleh faktor cuaca dan perubahan iklim. El Nino yang melanda akhir tahun lalu membuat keterlambatan musim tanam, dan akhirnya berdampak pada keterlambatan musim panen.

Sehingga ketika musim panen terlambat, otomatis stok beras berkurang. Namun, di satu sisi ada permintaan bulanan yang jumlahnya tetap bahkan lebih banyak. 

"Fenomena inilah yang membuat kondisi harga beras di pasar menjadi lebih mahal, terutama menjelang Idul Fitri," pungkasnya.

(YNA)

SHARE