Bisnis Panas Bumi Tinggi Risiko, PGEO Diminta Cermat Kelola Dana IPO
Tingginya risiko dan mahalnya investasi di bisnis panas bumi terutama di Indonesia, PGEO diminta untuk lebih cermat dalam mengelola dana IPO.
IDXChannel - Anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melepas 25 persen saham dan meraih dana dari IPO sebesar Rp9,05 triliun.
Tingginya risiko dan mahalnya investasi di bisnis panas bumi terutama di Indonesia, PGEO diminta untuk lebih cermat dalam mengelola dana investasi yang diperoleh dari publik.
Board of Director of the International Geothermal Association (IGA) Surya Darma mengatakan investasi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) merupakan investasi jangka panjang. Semua sepakat jika hasil investasi bisnis panas bumi belum akan dinikmati dalam 5-10 tahun mendatang.
Surya menegaskan PGEO memiliki risiko gagal bayar utang akibat besarnya kebutuhan modal untuk menjalankan bisnis geothermal. Utang dinilai menjadi salah satu penopang agar bisnis dengan model capital intensive layaknya PGEO ini dapat bertahan.
Surya menambahkan, PGEO harus mencari jalan untuk meningkatkan modal, salah satunya melalui IPO, di mana salah satu alokasi penggunaan emisi untuk membayar utang alias refinancing.
“Kalau cari uang tambahan investasi bisa dengan IPO, namun tidak akan banyak. Jadi harus tetap berutang,” ujar Surya dihubungi, Rabu (15/3/2023).
Surya meminta PT Pertamina (Persero) untuk mewaspadai sejumlah risiko adanya sejarah ambang kebangkrutan perseroan akibat ekspansi pada era 70-an.
Dalam pengembangan perusahaan, seperti tertulis dalam laporan keuangan perseroan 2021, total utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas itu mencapai US$19,9 miliar atau sekitar Rp283,87 triliun (kurs Rp14.265 per dolar AS) per akhir tahun 2021, setara dengan 14,11% realisasi pendapatan negara pada APBN 2021 sebesar Rp2.011,3 triliun.
Persoalan muncul saat pelepasan saham anak usaha, seperti IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang bisa menjadi risiko baru bagi perseroan.
“Jika salah kelola, negara juga harus menelan pil pahit,” ucapnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha dari PGE disebut sengaja mendorong pelaksanaan IPO sebagai upaya diversifikasi pendanaan bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan anggaran belanja modal (capital expenditure/Capex).
Upaya diversifikasi dinilai penting dilakukan mengingat investasi di sektor panas bumi membutuhkan biaya yang cukup mahal.
"Rencana (IPO) ini sudah berlangsung sejak dua tahun lalu dipersiapkan, karena dipahami bahwa investasi di bidang panas bumi itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Cukup mahal," ujar Komisaris Independen PGE, Samsul Hidayat.
Selain itu, menurut Samsul, proses IPO PGE tercatat merupakan yang pertama kali dilakukan di antara perusahaan-perusahaan lain di bawah naungan PT Pertamina (Persero). Atas catatan tersebut, Samsul tak ragu menyampaikan kebanggaannya.
"Kami yang pertama (di antara perusahaan Pertamina Group) yang melakukan IPO. Ini jelas membanggakan. Saya tidak mau menyebut (IPO PGE) ini proyek percontohan, tapi at least Saya ikut berbangga karena telah menjadi yang pertama IPO," tutur Samsul. (RRD)