ECONOMICS

Bos MIND ID Cemas Industri Manufaktur RI Tak Mampu Optimalkan Bahan Baku Hasil Hilirisasi

Suparjo Ramalan 10/01/2025 01:30 WIB

Dirut MIND ID menyoroti industri manufaktur Indonesia yang  tak mampu mengoptimalkan bahan baku hasil hilirisasi dari anggota Holding BUMN Pertambangan.

Bos MIND ID Cemas Industri Manufaktur RI Tak Mampu Optimalkan Bahan Baku Hasil Hilirisasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur Utama PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso menyoroti industri manufaktur Indonesia yang  tak mampu mengoptimalkan bahan baku hasil hilirisasi dari anggota Holding BUMN Industri Pertambangan. 

Hal itu menyebabkan tak ada penguatan nilai tambah atas bahan baku yang sudah disiapkan oleh MIND ID lewat proses hilirisasi.

"Kami sedikit cemas karena kita lihat industri manufaktur di dalam negeri belum terlalu eksis untuk bisa memanfaatkan bahan baku yang telah kita buat," ujar Hendi dalam gelaran MINDialogue, Jakarta, Kamis (9/1/2025). 

Hendi menegaskan program hilirisasi yang dijalankan oleh anak usaha MIND ID selaras dengan program industrialisasi. Tapi yang terjadi saat ini, performa industri justru mengalami menurun, terutama sektor yang bisa memanfaatkan bahan baku dari pertambangan.

"Program hilirisasi ini tidak dapat berjalan sendiri, harus disertai program industrialisasi. Namun sayangnya, mohon maaf kalau saya salah, yang saya dengar malah industrialisasi di Indonesia malah menurun, khususnya di sektor yang bisa memanfaatkan bahan baku dari dunia pertambangan," tuturnya.

Padahal seluruh Anggota Grup MIND ID, sambungnya, telah berkomitmen memurnikan bahan mineral mentah menjadi barang setengah jadi. Hal ini seharusnya dapat diserap oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk bernilai tambah.

Komitmen hilirisasi salah satunya dijalankan oleh PT Timah Tbk (TINS) yang sudah memproses ingot tin hingga tin chemical, tin powder, maupun tin solder.

Kemudian, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang bersinergi untuk membentuk perusahaan patungan bernama PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.

Sinergitas Antam dan Inalum, kata Hendi, menjadi sejarah baru karena saat ini Indonesia sudah bisa menghasilkan atau memproduksi aluminium murni di dalam negeri.

"Sebelumnya, INALUM sudah puluhan tahun mengimpor bahan baku. Tapi dengan didirikannya smelter alumina di Mempawah, kita bisa mengintegrasikan hulu dan hilir," tuturnya.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO)  juga sudah melakukan hilirisasi lewat smelter di Sorowako dan akan disusul dengan proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di sejumlah titik.

Lalu, PT Freeport Indonesia (PTFI) juga telah merampungkan fasilitas pemurnian tembaga di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Smelter itu digadang-gadang menjadi yang terbesar di dunia untuk pembuatan copper cathode.

Hendi berharap iklim industri manufaktur bisa tumbuh guna memperkuat program hilirisasi yang dijalankan oleh MIND ID. Dengan begitu, industri bisa menyerap bahan baku yang diproduksi MIND ID untuk diolah menjadi produk hilir.

"Tentunya kami mengharapkan ada kolaborasi strategis antara sektor pertambangan dan industri manufaktur, sehingga kita bisa membawa manfaat yang lebih besar bagi tumbuhnya perekonomian nasional," kata dia.

(Febrina Ratna)

SHARE