ECONOMICS

Bos PLN Ungkap Mahalnya Harga Baterai untuk PLTS

Suparjo Ramalan 28/11/2022 21:27 WIB

Bos PLN mengungkapkan mahalnya harga baterai untuk konversi energi ke PLTS.

Bos PLN Ungkap Mahalnya Harga Baterai untuk PLTS. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - PT PLN (Persero) mencatat harga baterai yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengaliri listrik masih tercatat mahal. Di mana, harga rata-rata baterai di kisaran USD12-15 sen per kilowatt hour (kWh).

Tak hanya harga, tantangan lain yang dihadapi PLN berupa rating baterai. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyebut, dalam kurun waktu 5 tahun kemampuan baterai akan menurun. Sehingga harus ditambahkan atau diganti. 

"Nah, baterai juga ada tantangan, yaitu ada di rating. Di setiap 5 tahun, seperti HP kita saja, 3 tahun kemampuan baterainya menurun. Untuk itu, setiap 3-5 tahun harus ada penambahan baterai agar kapasitasnya tetap sama," ungkap Darmawan, dalam RDP bersama Komisi VI DPR, Senin (28/11/2022). 

PLN memang tengah menggenjot konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit EBT, berupa PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Program konversi PLTD ke EBT ini dibagi menjadi dua tahap. 

Pada tahap pertama, PLN akan mengonversi sampai dengan 250 Megawatt (MW) PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia. Nantinya, PLTD ini akan diganti menggunakan PLTS base load. Artinya, ada tambahan baterai agar pembangkit bisa mengaliri listrik atau menyala hingga 24 jam.

Lantaran, PLTS tidak bisa dijadikan penopang beban dasar atau base load karena produksi listriknya tergantung pada cuaca. Karena itu, diperlukan Energy Storage System (ESS) untuk menyimpan listrik yang dihasilkan. ESS ini berupa baterai yang berfungsi menyimpan energi.

"Begitu menggunakan baterai, memang saat ini baterai yang ada biaya masih cukup mahal, yakni per kWh sekitar USD12-15 sen. Karena kita berbicara pembangkit yang beroperasi 24 jam, tentu saja 4 jam yang bisa langsung (PLTS). Sisanya 20 jam menggunakan baterai," ucap dia. 

Saat ini, PLN tengah menginisiasi lelang untuk konversi PLTD ke PLTS yang rencananya dilaksanakan 2-3 bulan ke depan. Dalam proses ini, peserta lelang ikut menyediakan baterai untuk wilayah remote. 

Meski ada partisipasi peserta atau pelaku usaha, lanjut Darmawan, harga baterai masih cukup mahal.

"Kami sedang melakukan lelang, prediksi harganya tidak murah. Begitu PLTS beroperasi 24 jam, nanti hybrid dengan diesel itu prediksinya masih di atas USD20 sen, tetapi dibanding USD32-34 sen sudah lebih murah, karena beroperasi 24 jam," kata dia. 

"Dalam 2-3 bulan mendatang lelang akan berjalan dan harapan kami juga kompetisi yang sehat, lelang terbuka, dan transparan, sehingga bisa mendorong adanya inovasi. Ini upaya kami agar ada pembangunan listrik di daerah terpencil, tetapi juga tidak berbasis pada energi yang impor, juga bergeser pada EBT," tutur Darmawan.

Untuk tahap dua, PLN akan mengonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam (SDA) yang menjadi unggulan di daerah dengan keekonomian yang baik.

(FAY)

SHARE