Bubarkan BUMN Zombie, Erick Thohir Ngeluh Aturannya Berbelit-belit
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali menyinggung aturan yang berbelit-belit.
IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali menyinggung aturan yang berbelit-belit. kebijakan yang dimaksud terkait dengan pembubaran BUMN dan anak cucunya yang masuk dalam kategori perusahaan 'zombie'.
Menurutnya, era digitalisasi membuat semua menjadi mudah, termasuk membubarkan perusahaan pelat merah yang terus merugi dan tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi negara dan masyarakat.
Bahkan, dia membandingkan perizinan pembubaran BUMN di negara lain yang hanya membutuhkan waktu seminggu saja. Sementara di Indonesia harus menempuh waktu 1 tahun hanya untuk membubarkan satu atau lebih perusahaan.
"Orang di era digitalisasi ini yang namanya menutup perusahaan tinggal pencet kok, mengurus izin di beberapa negara cuma seminggu, ini kita ada penutupan sebuah perusahaan yang sudah tidak ini. Orang merger, ada nutup aja di lingkungan pemerintah perlu proses 1 tahun," ungkap Erick, Selasa (6/12/2022).
Dia pun mendorong Komisi VI DPR RI agar segera merampungkan Rancangan Undang-undang (RUU) BUMN menjadi regulasi baru. Salah satu poin aturan ini terkait dengan proses pembubaran perusahaan negara.
"Karena itu RUU BUMN yang sedang didorong oleh komisi VI, salah satunya bisa lebih cepat (pembubaran BUMN)," ujarnya.
Erick sendiri menargetkan akan merampingkan BUMN dari 41 menjadi 30 perusahaan saja. Sementara itu, target likuidasi anak dan cucu perseroan negara mencapai 600 perusahaan.
"Karena itu kami berusaha, tidak bermaksud apa-apa, kita sedang membuat roadmap 2024-2030, dimana salah satunya mengkonsolidasikan jumlah BUMN dari 41 ke 30. Pasti ini inipun dijadikan 30 pasti ada gonjang ganjing," kata dia.
"Permen (Peraturan Menteri) pun sudah saya keluarkan, tidak boleh membuat anak cucu tanpa persetujuan kita, bukan berarti kita arogansi dan gak percaya sama BUMN-nya. Tetapi terus beranak dan anak cucu akhirnya menggerogoti holdingnya yang sudah sehat akhirnya sama aja bohong," lanjut Erick.
(SLF)