ECONOMICS

Bukan Rumah Tangga, PLTS Atap Lebih Diminati Sektor Industri

Atikah Umiyani/MPI 06/03/2024 17:36 WIB

Rata-rata pengguna PLTS Atap sektor ini umumnya beraktivitas di luar rumah pada siang hari.

PLTS Atap hanya menarik minat pelanggan industri (MNC Media)

IDXChannel - Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) membeberkan alasan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap hanya menarik minat pelanggan industri bukan masyarakat di sektor rumah tangga

Ketua AESI Arya Rezavidi mengatakan, alasan pertama yaitu mayoritas pelanggan rumah tangga hanya memanfaatkan PLTS Atap pada malam hari.

Hal ini karena rata-rata pengguna PLTS Atap sektor ini umumnya beraktivitas di luar rumah pada siang hari. Dengan demikian, konsumsi listrik tidak sebesar saat malam hari. 

"Rumah Tangga itu kebanyakan menggunakannya di malam hari, sedangkan surya (munculnya) di siang hari," jelas Arya dalam acara Sosialisasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3/2024). 

Alasan kedua yaitu karena revisi PLTS Atap ini menghapu kebijakan ekspor-impor listrik.

Sebagaimana diketahui, sebelum kebijakan itu dicabut oleh pemerintah melalui Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2024 Tentang PLTS Atap yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUPTLU), masyarakat masih bisa mengekspor listrik kepada PLN untuk nantinya mendapat pengurangan tagihan listrik dari PLN.

Namun, karena kebijakan itu kini telah dicabut, Arta menilai, PLTS Atap nambah tidak menari untuk masyarakat. Padahal, kebijakan ekspor-impor itu diharapkan bisa menjadi cara bagi pelanggan rumah tangga untuk mengurangi biaya listrik. 

"Sekarang gak ada lagi, gak boleh. Jadi, nggak menarik untuk RT. Sementara RT ini, kan, investasi dengan berharap mengurangi biaya PLN-nya itu. Namun, karena sudah tak ada lagi ekspor impor. tak bisa disimpan dulu ke PLN, artinya investasi mereka benar-benar dihitung," kata dia. 

Arya menyebutkan, kondisi berbeda terjadi bagi sektor industri. Menurutnya, sektor industri lebih berminat menggunakan PLTS Atap karena sering beraktivitas ketika siang hari. 

Diungkapkannya berbagai sektor seperti pabrik dan gedung-gedung komersial akan merasakan langsung manfaat berkurangnya biaya listrik karena PLTS Atap. 

"Kalau pemanfaatan siang hari itu cocok. Pabrik, industri, gedung-gedung komersial itu pakainya siang hari. Jelas akan ada pengurangan PLN-nya," katanya. 

Oleh sebab itu, Arya menyarakankan pemerintah untuk merancang kebijakan peer to peer transaction alias penjualan listrik kepada sesama rumah tangga. Kebijakan seperti ini juga telah diterapkan di beberapa negara maju.

"Apa yang saya tak pakai siang hari tidak bisa dijual ke sebelah. Misal satu komunitas, RT/RW bisa saling tukar menukar. Tapi belum ada aturannya," tutupnya.

(NIY)

SHARE