ECONOMICS

Bukan Stagnan, Pandemi dan Perang Dorong Pembangunan Manusia Dunia Mundur Enam Tahun

Wahyudi Aulia Siregar 11/09/2022 01:01 WIB

UNDP berpendapat berbagai lapisan ketidakpastian semakin bertumpuk dan berinteraksi untuk menimbulkan gejolak pada kehidupan.

Bukan Stagnan, Pandemi dan Perang Dorong Pembangunan Manusia Dunia Mundur Enam Tahun (foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme/UNDP) menyebut pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina dalam dua tahun terakhir telah membawa dampak luar biasa bagi kehidupan miliaran manusia di seluruh dunia.

Pandangan tersebut disampaikan bersamaan dengan peluncuran laporan terbaru UNDP terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di berbagai negara di dunia. Laporan berjudul 'Waktu yang Penuh Ketidakpastian, Kehidupan yang Bergejolak: Membentuk Masa Depan Kita di Dunia yang Berubah' tersebut diluncurkan Jumat (9/9/2022).

Dalam laporan tersebut, UNDP berpendapat bahwa berbagai lapisan ketidakpastian semakin bertumpuk dan berinteraksi untuk menimbulkan gejolak pada kehidupan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Administrator UNDP, Achim Steiner, mengatakan dua tahun terakhir berdampak luar biasa bagi miliaran orang di seluruh dunia. Khususnya akibat krisis seperti Covid-19 dan perang di Ukraina terjadi secara beruntun, dan berinteraksi dengan pergeseran sosial dan ekonomi yang luas, perubahan iklim, dan peningkatan polarisasi secara besar-besaran.

Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang mengukur kesehatan, pendidikan, dan standar hidup suatu negara, telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut. Pembangunan manusia telah kembali jatuh pada tingkat yang setara dengan kondisi tahun 2016 lalu, atau tepatnya mundur enam tahun ke belakang, terkait capaian kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan.

"Kemunduran ini hampir sama rata karena lebih dari 90 persen negara mencatat penurunan skor IPM mereka pada 2020 atau 2021 dan lebih dari 40 mengalami penurunan di kedua tahun tersebut, menandakan bahwa krisis menjadi semakin parah di banyak negara," ujar Achim, dalam keterangan resmi UNDP, Sabtu (10/9/2022).

Sementara, nilai IPM Indonesia tahun 2021, kata Achim adalah 0,705. Indeks itu menempatkan Indonesia pada kategori pembangunan manusia yang tinggi pada peringkat 114 dari 191 negara dan wilayah. Tahun sebelumnya, nilai IPM Indonesia adalah 0,709, sehingga ada penurunan tipis sebesar 0,004.

Indonesia berhasil masuk dalam kategori negara pembangunan manusia yang tinggi untuk tiga tahun berturut-turut. Kemajuan IPM Indonesia dari tahun 1990 hingga sekarang sebesar 34 persen.

"Harapan hidup Indonesia tercatat di 67,6 tahun. Selanjutnya, lama harapan bersekolah adalah 13,7 tahun yang artinya setiap anak yang lahir di Indonesia saat ini secara realistis bisa mengenyam pendidikan hingga tahun pertama di tingkat perguruan tinggi.  Sementara itu, PNB per kapita (PPP) adalah 11,466 USD," tutur Achim.

Meski beberapa negara mulai bangkit kembali, pemulihan tidak merata dan parsial, semakin memperlebar kesenjangan dalam pembangunan manusia. Amerika Latin, Karibia, Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan terdampak parah.

“Dunia berjuang untuk menanggulangi krisis yang berturut-turut. Kita telah melihat dengan krisis biaya hidup dan energi bahwa, meskipun ada dorongan untuk berfokus pada perbaikan cepat seperti subsidi bahan bakar fosil, taktik bantuan jangka pendek menunda perubahan sistemik jangka panjang yang harus kita buat,” tukasnya.  

“Kita mengalami kelumpuhan global untuk membuat perubahan ini. Di dunia yang ditentukan oleh ketidakpastian, kita perlu memperbarui solidaritas global untuk mengatasi tantangan bersama yang saling berhubungan," tambahnya.  

Laporan tersebut mengeksplorasi mengapa perubahan yang diperlukan tidak terjadi dan menunjukkan ada banyak alasan, termasuk ketidakamanan dan polarisasi yang saling menguatkan satu sama lain dan mencegah solidaritas dan tindakan kolektif yang kita butuhkan untuk mengatasi krisis di semua tingkatan. Perhitungan baru menunjukkan, contohnya, bahwa mereka yang merasa paling tidak aman juga cenderung memiliki pandangan politik yang ekstrem.

“Bahkan sebelum COVID-19 melanda, kita melihat paradoks ganda kemajuan dengan ketidakamanan dan polarisasi. Saat ini, dengan sepertiga orang di seluruh dunia mengalami tekanan dan kurang dari sepertiga orang di seluruh dunia mempercayai orang lain, kita menghadapi hambatan besar untuk mengadopsi kebijakan yang bermanfaat bagi manusia dan planet ini,” sebutnya.

“Analisis baru yang menggugah pikiran ini bertujuan untuk membantu kita memecahkan kebuntuan ini dan memetakan arah baru dari ketidakpastian global kita saat ini. Kita hanya punya sedikit waktu untuk merancang ulang sistem kita dan membangun masa depan berdasarkan aksi iklim dan peluang baru untuk semua," tambahnya.  

Untuk memetakan arah baru, laporan tersebut merekomendasikan penerapan kebijakan yang berfokus pada investasi — mulai dari energi terbarukan hingga kesiapsiagaan menghadapi pandemi, dan asuransi — termasuk perlindungan sosial — untuk mempersiapkan masyarakat kita menghadapi gejolak dunia yang penuh ketidakpastian. Dan inovasi dalam berbagai bentuknya—teknologi, ekonomi, budaya—juga dapat membangun kapasitas untuk menjawab tantangan di masa depan.

“Untuk mengatasi ketidakpastian, kita perlu melipatgandakan investasi pembangunan manusia dan melihat melampaui peningkatan kesejahteraan atau kesehatan masyarakat,” kata Pedro Conceição dari UNDP, penulis utama laporan tersebut. “Ini tetap penting. Tetapi kita juga perlu melindungi planet ini dan memberi masyarakat alat yang mereka butuhkan untuk merasa lebih aman, mendapatkan kembali rasa kendali atas hidup mereka dan memiliki harapan untuk masa depan," tandasnya. (TSA)

SHARE