ECONOMICS

Bursa Asia Mixed, Sanksi Embargo Migas Rusia Jadi Sorotan

Dinar Fitra Maghiszha 09/03/2022 10:06 WIB

Bursa saham di kawasan Asia Pasifik bergerak variatif pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022).

Bursa saham di kawasan Asia Pasifik bergerak variatif pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022). (Foto: MNC Media)

IDXChannel- Bursa saham di kawasan Asia Pasifik bergerak variatif pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09:33 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) menguat 0,66% di 24.954, KOSPI Korea Selatan (KS11) turun -0,01% di 2.622,40 dan Hang Seng Hong Kong (HSI) koreksi -0,31% di 20.701.

Shanghai Composite China (SSEC) naik 0,`3% di 3.297,85, Taiwan Weighted (TWII) menanjak 1,45% di 17.069,72. Adapun Straits Times Singapura melesat 0,76% di 3.172,88, dan Australia ASX 200 (AXJO) tumbuh 1,05% di 7.053,40.

Sementara itu, Indonesia Composite Index / IHSG naik 0,83% di 6.870,66. Pasar ekuitas di Asia tampak masih bergerak konsilidatif, merespons kinerja Wall Street yang lesu semalam. Sebagai catatan, Dow Jones Industrial Average (DJI) turun -0,56%, Nasdaq (IXIC) koreksi -0,28%, dan S&P 500 (SPX) tertekan (-0,73%).

Langkah Amerika Serikat untuk melakukan embargo impor minyak dan gas dari Rusia mendapat pertentangan dari Jerman, Inggris, dan Belanda.

Secara umum, ketiga negara Eropa itu tidak ingin agar larangan impor migas Rusia dicabut dalam jangka dekat, dan mendukung ketika Uni Eropa telah menemukan sumber energi alternatif penggantinya.

Rusia, yang memasok 7 juta - 8 juta barel per hari minyak mentah dan bahan bakar ke pasar global, telah menjadi sasaran sanksi Barat sejak melakukan agresi militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Analis geopolitik Morning Consult, Jason McMann, menyebut rencana embargo AS ini patut diperhatikan. Menurut Jason, krisis energi bakal semakin membesar jika Eropa mengikuti langkah AS.

"Mengingat ketergantungan Eropa yang relatif tinggi pada pasokan energi dari Rusia, langkah seperti itu, jika terwujud, akan memiliki konsekuensi ekonomi dan geopolitik yang besar," katanya.

Menyikapi ketidakjelasan isu yang berkembang saat ini atas upaya embargo impor migas, UBS Global Wealth Management merekomendasikan sikap netral terhadap bursa pasar modal.

UBS merekomendasikan investor untuk tetap hold portfolio sektor komoditas energi, serta dolar AS sebagai lindung nilai portofolio dalam jangka pendek.

Selain kabar Rusia-Ukriana, pasar juga tengah mencermati langkah Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve Amerika Seriakt terkait prospek kenaikan suku bunga sebagai langkah untuk meredam gejolak inflasi. (TIA)

SHARE