ECONOMICS

Cadangan Pertambangan Berlimpah, Indonesia Dianggap Potensial Gaet Investor Tambang

Oktiani Endarwati 25/11/2021 12:45 WIB

Pemerintah menilai Indonesia akan menjadi daya tarik investasi pertambangan.

Pemerintah menilai Indonesia akan menjadi daya tarik investasi pertambangan.

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai Indonesia akan menjadi daya tarik investasi pertambangan. Ini mengingat jumlah cadangan dan produksi beberapa komoditas mineral Indonesia yang masuk 10 besar dunia. 

Salah satunya adalah nikel, yang menempati posisi nomor satu dunia pada jumlah cadangan dan produksi.

"Mengapa Indonesia menjadi daya tarik investasi pertambangan? Menurut United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel kita adalah nomor satu dunia, 23% cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia. Untuk produksi nikel juga Indonesia nomor 1. Kemudian ada bauksit yang menempati nomor 6 pada jumlah cadangan dan produksi dunia," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/11/2021).

Selain itu, cadangan tembaga Indonesia menempati posisi 7 dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Komoditi emas berada di posisi 5 pada potensi dan 6 pada produksi. Produksi timah Indonesia mencapai 17% dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya. 

"Masih ada Logam Tanah Jarang dan Lithium yang potensinya sangat besar, namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan," jelas Arifin.

Dia melanjutkan, saat ini ada 19 unit smelter eksisting, dimana 13 di antaranya adalah smelter nikel. Adapun telah direncanakan pembangunan 17 smelter lainnya, sehingga total smelter nikel nantinya menjadi 30 unit, dengan nilai investasi USD8 miliar. Direncakan pada tahun 2023 ada 53 smelter yang beroperasi.

"Demikian juga dengan komoditas lainnya, antara lain bauksit, besi, tembaga, mangan, timbal, dan seng. Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD21,28 miliar," ungkapnya.

Dia berharap progres pembangunan smelter akan diakselerasi pada tahun 2022 karena pada tahun 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat. "Smelter ini harus jadi. Ini memang sudah menjadi aturan pemerintah bagaimana kita bisa secara serius dan sungguh-sungguh merealisasikan program hilirisasi," tegasnya. (NDA)

SHARE