ECONOMICS

Celios: Realisasi Investasi 2022 Besar tapi Serapan Tenaga Kerja Sedikit

Ikhsan Permana SP/MPI 11/01/2023 06:45 WIB

Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kualitas investasi langsung dalam 10 tahun terakhir menurun dengan serapan tenaga kerja yang sedikit.

Celios: Realisasi Investasi 2022 Besar tapi Serapan Tenaga Kerja Sedikit (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kualitas investasi langsung dalam 10 tahun terakhir menurun dengan serapan tenaga kerja yang semakin sedikit.

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira menjelaskan, sepanjang Januari-September 2014 serapan tenaga kerja dari investasi Rp343 triliun mencapai 960.336 orang. Sedangkan pada periode yang sama di tahun 2022 dari realisasi investasi Rp892,4 triliun tapi realisasi tenaga kerja nya 965.122 orang.

"Itu bisa dengan jelas menunjukkan pada tahun 2014 dibutuhkan investasi lebih kecil untuk menyerap tenaga kerja lebih besar. Sedangkan 2022 kelihatan nilai investasi besar tapi serapan tenaga kerja nya loyo," ujar Bhima kepada MPI, Rabu (11/1/2023).

Bhima menyebut, dalam 10 tahum tetakhir, investasi banyak masuk ke sektor jasa dan sektor berbasis komoditas. Kemudian pra pandemi banyak investasi padat modal disektor teknologi.

"Memang tidak bisa disalahkan masuk ke teknologi atau perusahaan startup, namun harus di imbangi dengan investasi disektor manufaktur juga," kata Bhima.

Menurutnya, cara untuk mendorong kualitas investasi adalah porsi dari industri pengolahan terhadap investasi baru dan existing harus dilipat gandakan. 

"Industri kan bukan cuma butuh obral insentif pajak, tapi juga butuh kemudahan izin, perlindungan terhadap impor barang jadi, akses ke bahan baku, hingga penurunan biaya logistik dan pemberantasan pungli," tegasnya.

Bhima menambahakan, jika dilihat dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang naik ke level 6,2% pada 2022 menandakan biaya investasi di indonesia masih boros. Ada hubungan tingginya ICOR dengan rendahnya kualitas serapan kerja.

"Untuk mendapatkan output produksi yang standar, butuh nilai investasi yang jumbo. Akhirnya investor jadi mengurangi rekrutmen tenaga kerja karena investasi yang dibutuhkan untuk proses produksi terlalu mahal," tutup Bhima. (RRD)

SHARE