China Batasi Pinjaman ke Negara Berkembang, Bank Dunia Kewalahan?
Pinjaman atau pembiayaan dari dua bank utama China turun ke level terendah dalam 13 tahun atau sebesar USD3,7 miliar pada 2021.
IDXChannel - Pinjaman atau pembiayaan dari dua bank utama China turun ke level terendah dalam 13 tahun atau sebesar USD3,7 miliar pada 2021.
Hal ini karena Beijing membatasi pendanaan hanya untuk proyek-proyek minyak berskala besar. Secara keseluruhan, komitmen pinjaman China adalah 83% dari USD601 miliar yang dipinjamkan oleh Bank Dunia selama periode 2008-2021.
Komitmen yang dibuat untuk 100 negara berkembang oleh Bank Ekspor-Impor China (China EximBank) dan China Development Bank (CDB) telah turun setiap tahun sejak pandemi Covid-19.
"Kami mengharapkan pergeseran keseluruhan ke arah volume yang lebih rendah, investasi berkualitas lebih tinggi dari China," kata Kevin Gallagher direktur Pusat Kebijakan Pembangunan Global universitas dilansir dari Reuters, Selasa (24/1/2023).
"Prioritas domestik China di luar Covid-19 masih signifikan, mengingat besarnya jumlah utang dan perubahan renminbi yang mungkin memerlukan kebutuhan untuk bersikap konservatif dengan kepemilikan dolar sehingga dapat berfungsi sebagai jaminan di dalam negeri," tambah dia.
Menurut data Bank Dunia, China adalah pemberi pinjaman bilateral terbesar. Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan pemberi pinjaman multilateral menekan Beijing untuk menawarkan keringanan utang kepada negara-negara berkembang yang sedang dalam kesulitan, seperti Zambia dan Sri Lanka.
China menambahkan persyaratan pinjaman dan bagaimana negosiasi ulang dengan peminjam. China EximBank dan CBD membuat komitmen pinjaman sebesar USD498 miliar secara global antara 2008-2021 sebagai bagian dari inisiatif infrastruktur "Belt and Road" Beijing.
Pinjaman hanya diberikan perusahaan minyak milik negara, misalnya di Angola, Brasil, Ekuador, Rusia, dan Venezuela, mencapai USD60 miliar antara 2009 dan 2017.
Sejak saat itu, pinjaman kurang terfokus pada produsen minyak bumi, dengan Bangladesh dan Sri Lanka di antara penerima utama. Ukuran rata-rata janji pinjaman juga turun, dari USD534 juta antara 2013-2017, menjadi USD378 juta dari 2018-2021.
Rusia adalah penerima utama, dengan USD58 miliar pinjaman pada periode 2008-2021, diikuti oleh Venezuela dengan USD55 miliar sebagian besar untuk proyek ekstraksi dan pipa. Namun, pinjaman ke raksasa minyak Amerika Selatan dihentikan pada 2015, dua tahun sebelum gagal bayar.
Angola adalah penerima terbesar ketiga dengan USD33 miliar untuk proyek transportasi, pertanian, air dan minyak, dengan Kenya, Ethiopia dan Mesir menjadi peminjam Afrika lainnya.
Pinjaman Bank Dunia
Ketika pinjaman China berkurang, pinjaman Bank Dunia pun meningkat. Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington itu mendanai proyek-proyek di negara-negara berkembang senilai rata-rata USD40 miliar per tahun.
Namun, setelah pandemi Covid-19 pinjaman naik USD67 miliar dengan komitmen tahunan terbesarnya sejak 2008. Tahun berikutnya, komitmennya hampir USD62 miliar atau 17 kali lipat dari pembiayaan China.
"Bank Dunia memiliki kapasitas pinjaman dalam jumlah tetap, tetapi ini dipercepat sebagai bagian dari respons Covid-19," kata Gallagher.
(DES)