ECONOMICS

China Dihantam Krisis Energi, Ekspor Batu Bara Naik Pesat

Dinar Fitra Maghiszha 29/10/2021 11:50 WIB

Permintaan ekspor batu bara asal Indonesia tercatat mengalami peningkatan, khususnya pengiriman produk tambang ini ke China.

China Dihantam Krisis Energi, Ekspor Batu Bara Naik Pesat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Permintaan ekspor batu bara asal Indonesia tercatat mengalami peningkatan, khususnya pengiriman produk tambang ini ke China. Ini terjadi seiring upaya negeri itu untuk mengatasi kekurangan pasar domestik dalam menjaga kebutuhan listrik di musim dingin.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, menyebut Indonesia menyumbang 50 persen lebih pasokan impor China. Sementara dari dalam negeri, sebanyak 32-24 persen tujuan ekspor batu bara adalah di China.

Hendra menyatakan bahwa kenaikan harga 'si batu hitam' ini perlu segera dimanfaatkan oleh para pelaku industri sejalan dengan kenaikannya dalam beberapa waktu terakhir.

"China dari total impor batu bara termal sebesar 50 persen lebih dari Indonesia. Sedangkan dari kita sendiri, tujuan ekspor kita itu 32-34 persen itu ke China. Jadi ini penting sekali untuk dimanfaatkan," kata Hendra kepada MNC Portal, Jumat (29/10/2021).

Sebagai informasi, sejak China menangguhkan pembelian batu bara dari Australia, kesenjangan demand ini telah diisi oleh pasokan dari Indonesia, Rusia, beberapa negara di Asia Timur dan sejumlah tambang lokal di daratan China.

Data bea cukai China dari Januari hingga Agustus 2021 menunjukkan Indonesia masih menjadi sumber impor batu bara terbesar China dengan peningkatan sebesar 19 persen year on year. Salah satu provinsi yang meningkatkan impor batu bara dari Indonesia adalah Provinsi Jilin di wilayah timur laut China.

"Bagaimanapun Tiongkok sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia sangat menderita dari harga yang tinggi ini saat ini, dan tentu ada banyak faktor lain yang berpengaruh, seperti cuaca, dan sebagainya. Meskipun dalam waktu dekat ini musim dingin agak sedikit ekstrem membuat demand batu bara masih cukup meningkat," tutur Hendra.

Tak hanya dari Indonesia, lonjakan pasokan impor juga datang dari Rusia sebesar 62 persen, impor dari Kanada naik 67 persen, dan Filipina sebanyak 49 persen. Namun, angka tersebut masih menyumbang sebagian kecil dari konsumsi batu bara China.

Direktur Pusat Penelitian Ekonomi Energi China dari Universitas Xiamen, Lin Boqiang mengatakan bahwa kebutuhan impor batu bara diambil China sebagai tindakan sementara untuk melengkapi cadangan batu bara di tengah lonjakan harga dalam beberapa waktu terakhir.

"Pasokan batu bara dan listrik diperkirakan akan terus ketat dalam waktu dekat," kata Lin dalam sebuah media lokal, Kamis (28/10/2021).

Sebagai pengusaha, Hendra menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas ini perlu dimanfaatkan baik oleh industri ataupun negara  mengingat volatilitasnya yang bersifat sementara.

"Melihat sektor batu bara, berkah ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena harga ini bersifat sementara, ini volatilitas harga komoditas itu hal yang biasa, tergantung supply dan demand," pungkasnya. (TYO)

SHARE