Cuitan Heboh Peter Gontha Terkait Garuda Indonesia
mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Gontha menuliskan berbagai permasalahan di tubuh maskapai tersebut melalui akun media sosialnya.
IDXChannel - Beberapa kali mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Peter Gontha menuliskan berbagai permasalahan di tubuh maskapai tersebut melalui akun media sosialnya. Beberapa cuitan yang ditulisnya bahkan bikin heboh.
Usai diberhentikan pemegang saham dari jabatannya pada Agustus 2021 lalu, Peter Gontha justru blak-blakan perihal sejumlah masalah di internal perusahaan.
Dari postingan di akun instagramnya, Peter membeberkan alasan dirinya dipecat, perkara selisih biaya sewa pesawat, sehingga dituding memperlambat pencairan penyertaan modal negara (PMN) untuk Garuda.
"Lagian banyak yang bilang, saya bongkar (masalah Garuda), kalau sudah mantan sakit hati, mereka gak tau dari pertama saya bilang, jadi Komisaris Garuda, buat saya pengorbanan, bukan Faedah, jadi saya usul baca semua status saya (postingan)," tulid Peter melalui akun instagramnya, Minggu (31/10/2021).
Adapun beberapa cuitan di medsosnya yang bikin heboh antara lain.
Alasan Pemecatan
Peter Gontha membeberkan alasan dirinya dipecat pemegang saham. Tercatat, dia diberhentikan dari jabatannya melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 13 Agustus 2021 lalu.
Menurutnya, alasan pemberhentian disebabkan karena tidak sejalan dengan manajemen dan pemegang saham.
"Tahukah Anda mengapa saya 'dipecat' dari Garuda? Karena tidak sejalan dengan pikiran para pemimpinnya, sekarang kita menuai hasilnya," ungkapnya.
Saham Minoritas
Saat masih menjabat sebagai Komisaris Garuda Indonesia pun, Peter blak-blakan perihal kerugian pemegang saham minoritas akibat kinerja maskapai penerbangan pelat merah yang kian merugi. Adapun jumlah kerugian mencapai Rp11,2 triliun.
Diketahui, saham minoritas tersebut milik pengusaha Chairul Tanjung. Dimana, saham yang dimilikinya sebesar 28%.
Iuran Pilot
Dari platform sosial media yang sama, dia juga menuding adanya iuran yang dibayarkan Asosiasi Pilot Garuda (APG) kepada manajemen Garuda. Iuran dilakukan sejak puluhan tahun lalu.
Peter menyebut, setiap awak cockpit harus merogoh kocek senilai Rp200.000-Rp500.000 per bulan untuk diberikan kepada manajemen.
Uang tersebut, kata dia, harus diaudit lembaga terkait.
Pasalnya, bila ada 1.000-1.5000 awak cockpit, maka jumlah uang yang terkumpul cukup banyak.
Selisih Harga Pesawat
Peter juga menyebut harga sewa pesawat jenis Boeing 777 di pasar mencapai USD750.000 atau setara Rp10,6 miliar per bulan (Kurs 14.400 per USD). Namun, manajemen Garuda sebelumnya berani membayar di angka USD1,4 juta atau Rp 19,8 miliar per bulan.
"Ini Boeing 777, harga sewa di pasar rata-rata USD 750.000 per bulan. Garuda mulai dari hari pertama bayar dua kali lipat? USD 1,400,000 per bulan. Uangnya kemana sih waktu diteken? Pingin tahu aja?," tuturnya.
Perhambat Pencairan PMN
Dia juga mengklaim bahwa manajemen pernah menuding dirinya mempersulit pencairan penyertaan modal negara kepada Garuda sejak 27 Desember 2020 lalu. Saat itu, Peter harus menyetujui pencairan PMN sebesar Rp1 triliun dari total yang diterima perusahaan senilai Rp7 triliun.
"Pada 27 Desember 2020 yang lalu pada saat saya tengah berlibur di Bali, saya dituduh memperlambat atau mempersulit pencairan uang PMN pada Garuda. Saya dipaksa menyetujui penarikan Rp1 triliun dari Rp7 triliun yang dijanjikan. Saya akhirnya tanda tangan, tetapi saya tahu itu sama dengan buang garam di laut," ungkap dia.
Dia juga menilai lessor atau perusahaan penyewa pesawat semena-mena memberi kredit pesawat kepada Garuda sepanjang 2012-2016. Sejak Februari 2020, Peter pun mengusulkan agar manajemen melakukan langkah negosiasi, namun usulannya itu tidak diindahkan direksi. (RAMA)