Daftar Negara yang Berpotensi Bangkrut di 2023, Ada Indonesia?
Dampak pandemi Covid-19, lonjakan inflasi, serta perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab dari risiko resesi.
IDXChannel - Ketidakpastian global menjadi ancaman bagi banyak negara, terutama emerging market. Beberapa negara bahkan masuk dalam daftar yang berpotensi mengalami kebangkrutan.
Dampak pandemi Covid-19, lonjakan inflasi, serta perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab dari risiko resesi.
Melansir Reuters, Kamis (2/2/2023), Analisis International Monetary Fund (IMF) menyebutkan terdapat delapan negara yang dinyatakan default atau gagal membayar utangnya.
Selain itu, 29 berisiko tinggi terancam gagal bayar utang, 25 berada dalam risiko moderat, dan sisanya berisiko rendah.
Delapan negara yang disinyalir gagal membayar utangnya adalah Chad, Republik Kongo, Grenada, Mozambik, Sao Tome dan Principe, Somalia, Sudan, Zimbabwe.
Dilanjut dengan 29 negara dalam risiko utang tinggi yang berpotensi menyusul 8 negara sebelumnya antara lain, Afghanistan, Burundi, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Comoros, Djibouti, Dominika, Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea-Bissau, Haiti, Kenya, Kiribati, Laos, Mali, dan Maldives.
Kemudian Kepulauan Marshall, Mauritania, Micronesia, Papua Nugini, Samoa, Sierra Leone, Sudan Selatan, St. Vincent dan the Grenadines, Tajikistan, Tonga, Tuvalu, dan Zambia.
IMF menyebutkan saat ini terdapat setidaknya 69 negara miskin yang memenuhi syarat untuk memperoleh restrukturisasi melalui Kerangka Bersama G20.
Namun, baru tiga negara yang mengajukan pemanfaatan fasilitas ini, yaitu Chad, Ethiopia dan Zambia.
"Meskipun ada beberapa kemajuan, belum ada rencana restrukturisasi yang benar-benar selesai," tutur IMF.
Sebagai 1 dari 3 negara dengan utang terparah, rasio utang Zambia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai angka 88% terhitung pada 2019, jumlah yang fantastis mengingat batas rasio utang pemerintah yaitu 60% terhadap PDB.
Selain itu negara-negara lain termasuk Mesir, Tunisia, dan Ghana telah meminta bantuan pula dari IMF.
Juru bicara IMF, Gerry Rice, mengatakan IMF telah membuat kemajuan dalam diskusinya dengan Chad, negara pertama yang mencari bantuan di bawah Kerangka Umum G20, tetapi masih harus membutuhkan kesepakatan utang antara para kreditur termasuk raksasa pertambangan dan perdagangan Glencore untuk membuka dana IMF. (NIA)
Penulis: Anabela C Zahwa