ECONOMICS

Dahlan Iskan Terkejut Keuangan BUMN Karya Berdarah-darah

Suparjo Ramalan 05/04/2021 11:22 WIB

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkejut melihat seluruh laporan keuangan BUMN karya mengalami kerugian.

Dahlan Iskan Terkejut Keuangan BUMN Karya Berdarah-darah. (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkejut melihat seluruh laporan keuangan BUMN karya mengalami kerugian. Iya menyorti bunga bank yang sangat tinggi yang diterima para BUMN tersebut dalam pembangunan proyek infrastruktur.

"Ini bisa dibilang mengejutkan, pun bisa dibilang tidak. Sudah agak lama para pengamat ekonomi memprediksi, BUMN kelompok infrastruktur tinggal tunggu waktu. Sulit atau sulit sekali," ujar Dahlan dalam keterangannya dikutip, Senin (5/4/2021).

Dia mencatat, ada beberapa sebab meruginya BUMN. Salah satunya bunga bank yang tinggi. Menurut Dahlan, dalam pengerjaan proyek manajemen membutuhkan modal yang besar. Sumber pendanaan itu hanya bisa diperoleh melalui pihak ketiga, salah satunya melalui perbankan.

Dana bank menjadi nafas bisnis konstruksi. Namun, sekuat-kuatnya bank, dia tetap tunduk pada mekanisme perbankan. Artinya, ada batas dalam jumlah pemberian kredit pada satu group perusahaan. 

"Ketika perusahaan sudah tidak bisa pinjam dana bank, karena sudah capai batas atas, maka bencana tahap satu pun datang. Ketika bencana tahap satu itu datang, harapan tinggal pada obligasi, medium term notes (MTM) dan sejenisnya. Tapi pemilik dana obligasi pun tahu, mana perusahaan yang masih bisa cari pinjaman bank dan mana yang sudah mentok," katanya. 

Adapun laporan keuangan tahunan yang dirilis perusahaan konstruksi pelat merah. Dimana, PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami kerugian hingga Rp7,3 triliun. 

Padahal, pada 2019 Waskita Karya mampu mengantongi laba bersih Rp 938 miliar.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, laba perseroan terkontraksi dari Rp2,28 triliun menjadi kurang dari Rp185,76 miliar. 

Sementara itu, kinerja keuangan PT PP (Persero) mengalami penurunan dari Rp819,4 miliar menjadi Rp128,7 miliar. (RAMA)

SHARE