ECONOMICS

Danantara Siap Antisipasi Gejolak Ekonomi Nasional dan Global

Suparjo Ramalan 25/11/2024 05:00 WIB

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BP Danantara bakal menyusun strategi untuk mengantisipasi gejolak ekonomi dan politik.

Danantara Siap Antisipasi Gejolak Ekonomi Nasional dan Global. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BP Danantara bakal menyusun strategi untuk mengantisipasi gejolak ekonomi dan politik di level nasional hingga global. Pasalnya, dinamika itu berdampak langsung bagi iklim investasi di Tanah Air.

Kepala BP Danantara Muliaman Darmansyah Hadad mengatakan, naik turunnya investasi wajar terjadi, lantaran ada banyak faktor yang turut mempengaruhi. Misalnya, sentimen pasar dan psikologis investor, serta ketegangan geopolitik yang marak terjadi di belahan negara lain akhir-akhir ini.

Menurutnya, di balik ancaman tersebut, BP Danantara tetap fokus pada target utama untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan investasi di Tanah Air. 

“Saya kira itu bagian dari keseharian kegiatan berinvestasi, kadang naik, kadang turun, itu biasa, yang penting bagaimana kita sandingkan ini dengan tujuan pembangunan pembangunan nasional,” ujar Muliaman kepada MNC Portal, Minggu (24/11/2025). 

“Jadi target-target untuk menciptakan pertumbuhan tentu saja kita push lebih jauh, potensi naik turun itu selalu ada,” katanya. 

Muliaman menyebut, tujuan pemerintah mendirikan BP Danantara adalah untuk menggenjot investasi di Tanah Air. Oleh karena itu, lembaga ini didesain secara berbeda dengan badan investasi yang sudah ada saat ini. 

“Sehingga dengan demikian akan menjadi pembeda nantinya antara apa yang selama ini berjalan dan nanti ke depan,” kata dia. 

BP Danantara mencatat incremental capital output ratio (ICOR) atau perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan investasi di Tanah Air harus ditingkatkan. Itu karena investasi menjadi instrumen utama dalam pertumbuhan makro ekonomi nasional.

Muliaman menjelaskan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di level 8 persen, Indonesia butuh nilai investasi sebesar Rp3.000 triliun. (Wahyu Dwi Anggoro)

SHARE