Dear Pencari Kerja, Jepang Buka Lowongan 150 Ribu Tenaga Kerja
Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) mengungkapkan Jepang masih dalam kondisi kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM).
IDXChannel - Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) mengungkapkan Jepang masih dalam kondisi kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Diperkirakan, Jepang saat ini membutuhkan 150 ribu tenaga kerja asing untuk berkarir di sana.
Ketua Umum IKAPEKSI Pranyoto Widodo mengatakan Jepang membutuhkan tenaga kerja di sektor manufaktur seperti pengecoran logam hingga sektor otomotif. Namun, saat ini yang sedang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar adalah sektor kontruksi.
"Kami hadir untuk mendukung tenaga kerja di Indonesia yang saat ini masih kesulitan dalam mendapatkan kesempatan bekerja. Saat ini, Jepang membuka kesempatan bagi 150 ribu tenaga kerja untuk berkarir disana," katanya pada acara HUT IKAPEKSI di Jakarta, Senin (21/4/2026).
Melihat peluang itu, Pranyoto menjelaskan pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia agar lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja internasional, khususnya di Jepang. Salah satu caranya dengan menjalankan berbagai program pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja Jepang.
"Program yang telah dijalankan dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dunia kerja internasional, termasuk di Jepang. Dengan pelatihan yang matang dan dukungan penuh dari berbagai pihak, peluang pekerja Indonesia untuk berkarier di Jepang semakin terbuka lebar," ujarnya.
Lebih lanjut, calon tenaga kerja yang baru lulus harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi bahas Jepang.
"Sertifikat JLPT N4 Bahasa Jepang adalah bukti resmi yang menunjukkan bahwa pemegangnya telah mencapai level kemampuan bahasa dasar, termasuk pemahaman kosakata, tata bahasa, pemahaman bacaan, dan pemahaman percakapan. Pengusaha di Jepang sangat menyukai tenaga kerja yang berasal dari Indonesia, peluangnya masih sangat besar," ujarnya.
Lebih dari sekadar membuka akses kerja, Pranyoto menekankan adanya program magang ke Jepang akan memberikan dampak pada sosial ekonomi. Menurutnya dengan adanya program magang ke Jepang, satu anak yang magang ke otomatis akan mengurangi tiga orang yang menganggur.
"Pertama, anak itu sendiri, kedua Bapak atau Ibunya yang tidak memiliki usaha. Pasti anaknya akan membuatkan usaha bagi orang tuanya dari penghasilan bekerja di Jepang seperti membuka toko kelontong hingga membeli sawah atau kebun," tuturnya.