ECONOMICS

Defisit APBN Melebar Jadi Rp204,2 Triliun di Semester I-2025, Menkeu Beberkan Penyebabnya

Anggie Ariesta 01/07/2025 19:40 WIB

Kemenkeu mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Juni atau semester I-2025 mencapai 0,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit APBN Melebar Jadi Rp204,2 Triliun di Semester I-2025, Menkeu Beberkan Penyebabnya. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Juni atau semester I-2025 mencapai 0,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau secara nominal mencapai Rp204,2 triliun.

Angka defisit ini lebih besar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 0,34 persen dari PDB atau sebesar Rp77,3 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pelebaran defisit ini terutama disebabkan oleh kontraksi signifikan pada penerimaan pajak di awal tahun.

>

"Defisit kita masih jaga untuk tahun 2025 ini semester I mencapai Rp204,2 triliun, agak lebih lebar dibandingkan tahun lalu karena tadi di semester I Januari-Februari penerimaan pajak kita mengalami kontraksi yang cukup dalam. Namun kita berharap di semester kedua akan recovery," kata Menkeu dalam Raker dengan Banggar DPR RI, Selasa (1/7/2025).

Dalam paparannya, realisasi pendapatan negara hingga semester I-2025 tercatat sebesar Rp1.201,8 triliun, yang merupakan 40 persen dari target. Angka realisasi ini 9 persen lebih rendah secara tahunan (year on year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1.320,7 triliun.

Kontraksi pada pendapatan negara ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tren penurunan harga Indonesian Crude Price (ICP), pengalihan dividen BUMN ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, serta kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara terbatas atas barang mewah.

Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp1.406 triliun, atau 38,8 persen dari target. Realisasi belanja ini tercatat meningkat 0,6 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1.398 triliun.

Pertumbuhan belanja negara ini sejalan dengan kebijakan countercyclical pemerintah. Belanja difokuskan untuk pencapaian target pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan, mendorong perekonomian di daerah melalui program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Pemberdayaan Desa/UMKM, serta mendukung program prioritas seperti ketahanan pangan dan energi, pertahanan semesta, investasi, dan hilirisasi.

Lebih lanjut, Kemenkeu juga mencatat bahwa keseimbangan primer mencatatkan surplus sebesar Rp52,8 triliun hingga semester I-2025.

Meskipun defisit anggaran melebar, pemerintah menegaskan bahwa defisit 0,84 persen PDB ini tetap dijaga dalam batas aman dan terkendali.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE