ECONOMICS

Di G20, Indonesia dan ADB Sepakat Pensiunkan PLTU Pertama 

Dian Kusumo 14/11/2022 15:36 WIB

Indonesia, Bank Pembangunan Asia, dan perusahaan listrik swasta bekerja sama untuk membiayai kembali dan pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara.

Di G20, Indonesia dan ADB Sepakat Pensiunkan PLTU Pertama. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Indonesia, Bank Pembangunan Asia, dan perusahaan listrik swasta bekerja sama untuk membiayai kembali dan pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara pertama di bawah proyek pengurangan emisi karbon baru yang inovatif. 

Pembangkit listrik Cirebon 1 berkapasitas 660 megawatt di Jawa Barat akan dibiayai kembali dalam kesepakatan senilai USD250 juta hingga USD300 juta dengan syarat tidak beroperasi 10 hingga 15 tahun sebelum akhir masa manfaatnya selama 40 hingga 50 tahun di bawah nota kesepahaman (MOU), kata pejabat Asian Development Bank (ADB).

Dilansir melalui Reuters, pemberi pinjaman yang berbasis di Manila dan Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati akan mengumumkan MOU dengan produsen listrik independen Cirebon Electric Power pada hari Senin di Bali di sela-sela KTT para pemimpin G20.

ADB memperkirakan, di bawah MOU ini, dapat menghilangkan sebanyak 30 juta ton emisi gas rumah kaca selama periode 15 tahun atau setara dengan mengambil 800 ribu mobil dari jalan, ADB memperkirakan.

Perjanjian ini adalah yang pertama di bawah Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB, sebuah inisiatif untuk memadukan dana investasi swasta, keuangan publik, dan sumbangan filantropi untuk membeli atau membiayai kembali pembangkit listrik tenaga batu bara di 
Asia Tenggara untuk mempensiunkannya lebih awal saat kawasan ini beralih ke sumber energi terbarukan.

Proyek ETM, pertama kali dikembangkan oleh ADB dengan masukan dari perusahaan sektor swasta termasuk Prudential, Citi dan Black Rock untuk menghilangkan emisi karbon di masa depan selama beberapa dekade dengan mengubah ekonomi operasi pembangkit batu bara.

Masalah pembangkit listrik tenaga batu bara adalah warisan di Asia Tenggara memenuhi syarat sebagai salah satu masalah terbesar untuk transisi energi, jika bukan dunia," kata wakil presiden regional ADB Ahmed M. Saeed, kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

"Dengan pengumuman ini, kami mengambil langkah pertama dalam proyek ambisius dan mewujudkannya," tambahnya.

(DKH)

SHARE