Dipicu Krisis Energi, PMI Manufaktur China Alami Kontraksi
Kegiatan manufaktur di China mengalami kontraksi pada September 2021, pertama kalinya sejak dimulainya Covid-19 pada awal 2020.
IDXChannel - Kegiatan manufaktur di China mengalami kontraksi pada September 2021, pertama kalinya sejak dimulainya Covid-19 pada awal 2020. Pabrik-pabrik mengalami perlambatan produksi sebagai imbas dari krisis energi yang membuat pemerintah setempat melakukan pembatasan listrik.
Adapun hal ini menambah luka Beijing pasca-diteror isu krisis keuangan Evergrande Group. Biro Statistik Nasional China memaparkan bahwa purchasing managers index (PMI) manufaktur pada September ini berada di level 49,6, lebih rendah dari acuan 50,1, serta tertinggal dari bulan sebelumnya, melansir Xinhua, Kamis (30/9/2021),
Kontraksi ini terjadi sebagai akibat dari kinerja industri energi yang melamban. Seperti diketahui, krisis energi di China telah meluas dan memaksa setidaknya 20 provinsi untuk membatasi penggunaan listrik pada September ini.
"Ini mengancam dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengganggu rantai pasokan global," kata Ahli Statistik Senior NBS, Zhao Qinghe dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Investing.com, Kamis (30/9).
Sementara PMI Manufaktur Caixin bertengger di level 50, lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 49,5. Peningkatan ini terjadi berkat naiknya permintaan domestik yang lebih kuat, kendati penjualan ekspor terus menurun, lapor Caixin Insight Group dalam sebuah pernyataan.
Adapun PMI non-manufaktur September masih lebih tinggi yakni di 53,2, meningkat dari Agustus yaitu 47,5.
Secara keseluruhan, indeks PMI manufaktur China dapat menjadi indikator pergerakan perekonomian negara tersebut ke depannya.
"PMI yang lemah mengirimkan alarm kepada pemerintah. Pertanyaan besarnya adalah apakah kebijakan moneter dan fiskal pemerintah dapat mendukung ekonomi sekarang atau pemerintah bakal menunggu akhir tahun untuk mengubah kebijakannya," kata Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management Ltd, Zhang Zhiwei kepada Bloomberg, Kamis (30/9).
Dari sektor jasa, aktivitas pengeluaran selama masa liburan musim gugur belakangan ini dapat memberikan sedikit angin segar.
Kendati demikian, pendapatan dari sektor pariwisata dan perjalanan masih rendah levelnya, berada jauh di bawah sebelum virus corona melanda.
Hal ini mengindikasikan kepercayaan konsumen atas pemulihan ekonomi di China belum sepenuhnya berjalan, ditambah adanya pembatasan baru imbas varian delta.(TIA)