ECONOMICS

Dolar AS Terancam, China Bakal Beli Minyak dan Gas Pakai Yuan 

Dian Kusumo 13/12/2022 09:52 WIB

Pada pertemuan puncak dengan para pemimpin Arab pada Jumat, Presiden China Xi Jinping mendorong penyelesaian perdagangan energi dalam yuan China.

Dolar AS Terancam, China Bakal Beli Minyak dan Gas Pakai Yuan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pada pertemuan puncak dengan para pemimpin Arab pada Jumat, Presiden China Xi Jinping mendorong penyelesaian perdagangan energi dalam yuan China. Hal ini menjadi sebuah langkah yang dapat melemahkan dominasi global dolar AS dalam jangka panjang.

Pada KTT itu, Xi mengatakan China akan terus mengimpor minyak dan gas dalam jumlah besar dari negara-negara Teluk dan melakukan penyelesaiannya dalam yuan China, atau RMB, menurut pernyataan dari kementerian luar negeri China. Sebagian besar perdagangan dunia sekarang dalam mata uang dolar AS.

"Platform Shanghai Petroleum and Natural Gas Exchange akan sepenuhnya digunakan untuk penyelesaian RMB dalam perdagangan minyak dan gas," ungkap Xi, demikian menurut transkrip pidatonya yang diterbitkan oleh China Daily milik pemerintah. Dia tidak merinci kapan perubahan itu akan berlaku dilansir melalui The Business Insider, Selasa (13/12/2022). 

Tidak jelas apakah ada negara Teluk yang menerima proposal tersebut, tetapi Arab Saudi — pengekspor minyak top dunia — telah melakukan pembicaraan untuk menggunakan yuan guna menyelesaikan penjualan energinya ke konsumen utama China. Langkah seperti itu akan mengurangi peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, memacu "de-dolarisasi."

"Saudi memiliki banyak hal untuk dibeli dari China dan China memiliki banyak hal untuk dibeli dari Arab Saudi. Mengapa mereka harus bertransaksi dalam mata uang pihak ketiga dan menanggung semua biaya nilai tukar ini?" Gal Luft, seorang direktur di lembaga think tank Institute for the Analysis of Global Security, mengatakan kepada CNBC pada hari Jumat. China sudah menggunakan yuan untuk membeli energi Rusia.

China memiliki ambisi untuk menjadikan yuan sebagai mata uang cadangan paling dominan di dunia, tetapi jalannya masih panjang, terutama karena Beijing masih mengelola nilainya dengan ketat. Ini juga tidak sepenuhnya dapat dikonversi ke mata uang lain di pasar global saat ini.

Xi sedang berbicara di Arab Saudi dalam kunjungan kenegaraan pada saat meningkatkan ketegangan antara Riyadh dan Washington.

Sekitar USD50 miliar kesepakatan investasi ditandatangani selama kunjungan Xi, Khalid Al Falih, menteri investasi kerajaan, mengatakan kepada Bloomberg pada hari Minggu. Dia tidak merinci apakah jumlah itu termasuk kesepakatan dengan negara-negara Arab lainnya.

(DKH)

SHARE