ECONOMICS

Dua Investor Jerman Dipastikan Ikut Bangun Pabrik EV Battery di RI, Ini Bocorannya

Suparjo Ramalan 01/03/2023 11:20 WIB

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan dua perusahaan asal Jerman ikut membangun pabrik baterai kendaraan listrik atau EV.

Dua Investor Jerman Dipastikan Ikut Bangun Pabrik EV Battery di RI, Ini Bocorannya. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan dua perusahaan asal Jerman ikut membangun pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV Battery). Saat ini proses penjajakan masih terus dilakukan. 

Dua perusahaan asal Jerman yang dimaksud adalah Badische Anilin- und Soda-Fabrik (BASF) yang merupakan produsen kimia terbesar di dunia dan Volkswagen (VW), produsen mobil yang didirikan pada 1937.

Pemerintah memang membuka peluang bagi investor potensial lainnya agar bisa ambil andil dalam pembangunan EV Battery di Tanah Air. Erick menyebut langkah itu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia.

"Salah satu diskusi, ada BASF dan Volkswagen. Kita lihat mana yang serius karena kebutuhan baterai kendaraan listrik makin meningkat," ungkap Erick, dikutip Rabu (1/3/2023). 

Adapun terkait pembangunan industri baterai kendaraan listrik, pemerintah melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) telah mengantongi perjanjian kerja sama dengan dua produsen baterai kelas dunia.

Keduanya adalah LG Energy Solution (LGES) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Kedua perusahaan asal China dan Korea Selatan (Korsel) itu ikut menggarap proyek besar EV Battery yakni, Titan dan Dragon.

Atas komitmen tersebut, IBC mendapatkan nilai investasi sebesar USD15 miliar atau setara dengan Rp215 triliun. Perolehan investasi itu ditandai dengan penandatanganan Framework Agreement yang dilakukan pada Maret 2022.

"Kita jangan terkurung pemikiran bahwa pembangunan EV Battery ini hanya China dan Korea, negara-negara Eropa juga ke sini seperti Jerman, Inggris," kata Erick. 

"Jadi kita bukan negara yang istilahnya terjebak di geopolitik yang enggak penting, kita kan bagaimana menarik investasi dan bagaimana membuka lapangan pekerjaan dan investasi berusaha," imbuh dia. (NIA)

SHARE