ECONOMICS

Dukung Transisi Energi, Indonesia Akan Pensiunkan PLTU Bertenaga Batu Bara

Oktiani Endarwati 26/10/2021 14:33 WIB

Dalam rangka mengalihkan Energy Transition Mechanism (ETM) atau mekanisme transisi energi, pemerintah berencana untuk mempensiunkan PLTU Batu Bara.

Dukung Transisi Energi, Indonesia Akan Pensiunkan PLTU Bertenaga Batu Bara. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dalam rangka mengalihkan Energy Transition Mechanism (ETM) atau mekanisme transisi energi, pemerintah berencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan tenaga batu bara. Langkah ini merupakan bagian dari pengembangan energi bersih.

"ETM sebagai inisiatif dari Asian Development Bank (ADB) dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bank Dunia, Amerika Serikat dan Inggris. Studi Kelayakan saat ini sedang dilakukan di Filipina, Vietnam dan Indonesia," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, pada Asia Clean Energy Summit (ACES) 2021 dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (26/10/2021).

Dalam proyek percontohan itu, masing-masing negara akan mendirikan fasilitas ETM dan mempercepat pembelian PLTU guna mempercepat masa pensiun pembangkit. ETM sendiri memiliki potensi besar sebagai mekanisme keuangan untuk program pengurangan karbon. 

"Akan ada calon investor (ETM) dari bank multilateral, institusi sektor swasta domestik dan internasional, serta investor jangka panjang dengan cost of fund yang rendah," jelas Arifin.

Di samping program ETM, terdapat 3 (tiga) strategi yang disiapkan pemerintah Indonesia dalam transisi energi. Pertama, transisi energi harus disesuaikan dengan kapasitas dan keadaan masing-masing negara. 

Kedua, teknologi rendah emisi yang inovatif seperti teknologi CCS/CCUS dalam beberapa hal dapat diterapkan pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk mempercepat pengurangan emisi sambil beralih ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau. Terakhir, kerja sama dengan negara-negara ASEAN dalam mengembangkan jalur transisi energi yang saling terhubung perlu digalakkan.

"Akselerasi (transisi energi) ini sangat penting untuk memastikan akses teknologi bersih lebih terbuka, mekanisme pembiayaan yang inovatif, perbaikan kerangka peraturan demi menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan lebih menarik, hingga pengembangan infrastruktur energi yang terintegrasi seperti pembangunan super grid dan transmisi smart grid untuk memastikan stabilitas dan keandalan sistem listrik," tutup Arifin. (TYO)

SHARE