ECONOMICS

Ekonom Bank Mandiri (BMRI) Soroti Perubahan Pola Belanja Masyarakat, Ini Penyebabnya

Anggie Ariesta 19/05/2025 16:05 WIB

Dinamika daya beli masyarakat Indonesia dinilai mengalami decoupling atau perbedaan pola belanja.

Ekonom Bank Mandiri (BMRI) Soroti Perubahan Pola Belanja Masyarakat, Ini Penyebabnya. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Dinamika daya beli masyarakat Indonesia dinilai mengalami decoupling atau perbedaan pola belanja. Kelompok menengah ke bawah menunjukkan penurunan daya beli dan tabungan.

"Meskipun data terakhir menunjukkan potensi peningkatan tabungan yang masih perlu dikonfirmasi dalam beberapa waktu ke depan," kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam acara Mandiri Economic Outlook Q2 2025 di Jakarta, Senin (19/5/2025).

Sementara itu, kata Andry, kelompok menengah ke atas dinilai masih memiliki daya beli yang cukup kuat. Terutama, permintaan akan bahan pokok dan staple foods.

"Namun di sisi yang lain, perjalanan, belanja untuk spending on mobility related, dan juga pada yang leisure, skincare, dan lain sebagainya, itu juga masih mengalami peningkatan," ujarnya.

Menurutnya, perkembangan industri manufaktur dan dampak perang dagang akan menjadi faktor penentu daya beli ke depan.

Senada dengan itu, Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menyatakan, daya beli masyarakat saat ini dipengaruhi oleh persepsi dan consumer confidence.

Kelas bawah disebut lebih terdampak, sementara kelas menengah cenderung menahan pengeluaran dan melakukan reprioritisasi. Kelas atas dinilai masih memiliki daya beli, namun akan sangat dipengaruhi oleh persepsi terhadap kondisi ekonomi.

Dian Ayu melihat potensi rebound pada kurs rupiah seiring dengan progres perang dagang, yang diharapkan dapat memperbaiki sentimen konsumen dan berpotensi meningkatkan konsumsi.

Terkait perang dagang, dia menyoroti potensi dampak tidak langsung (indirect impact) terhadap daya beli kelas menengah melalui sektor manufaktur.

"Jadi tentunya kita tahu sektor manufaktur ini menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Artinya, kalau ada kemungkinan lower export, tentunya juga ada lower income, lower performance dan lower income. Jadi ini yang kemungkinan bisa memengaruhi daya beli masyarakat ke depan," kata dia.

Sementara itu, Head of Mandiri Institute Andre Simangunsong menganalisis belanja masyarakat dari perspektif pola musiman. Dia menyebutkan tiga katalis positif yang mendorong belanja setiap tahunnya, yaitu momen Lebaran, liburan sekolah, serta Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Data Mandiri Spending Index menunjukkan normalisasi belanja pasca-Lebaran dan peningkatan kembali di pertengahan kuartal II-2025.

Andre menyoroti pentingnya inflasi dalam menjaga daya beli masyarakat, terutama kelas menengah yang sebagian besar pengeluarannya dialokasikan untuk restoran dan belanja supermarket.

"Sepanjang memang inflasi, terutama inflasi makanan itu terjaga, kami yakin bahwa daya beli kelas menengah itu cukup kuat ya untuk mengantisipasi dampak dari perang dagang ini," ujarnya.

Dengan demikian, Andre juga optimistis pemerintah dapat menjaga lapangan pekerjaan ke depan.

(Dhera Arizona)

SHARE