ECONOMICS

Ekonom Nilai Nota Keuangan 2026 Bakal Tekankan Tiga Hal Ini

Anggie Ariesta 10/08/2025 01:02 WIB

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi nota keuangan yang dijadwalkan dibacakan pemerintah pekan depan akan menekankan tiga pesan utama.

Ekonom Nilai Nota Keuangan 2026 Bakal Tekankan Tiga Hal Ini. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi nota keuangan yang dijadwalkan dibacakan pemerintah pekan depan akan menekankan tiga pesan utama. 

Menurut Josua, pesan tersebut di antaranya menjaga APBN tetap sehat namun ekspansif, mempertahankan defisit rendah dan terkendali, serta menggeser belanja negara ke arah yang lebih produktif untuk memperkuat kedaulatan pangan, energi, dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

“APBN 2026 akan menjadi kebijakan fiskal yang ekspansif, terarah, dan terukur, dengan fungsi counter-cyclical untuk meredam gejolak namun tetap prudent dari sisi defisit, rasio utang, dan efisiensi belanja,” kata Josua kepada IDX Channel, Sabtu (9/8/2025).

Menurutnya, arah belanja negara tahun depan akan fokus pada delapan agenda prioritas: ketahanan pangan, ketahanan energi, program Makan Bergizi Gratis (MBG), pendidikan, kesehatan, pembangunan desa–koperasi–UMKM, pertahanan, serta akselerasi investasi dan perdagangan global. 

Paket kebijakan ini bukan semata memperlebar program, tetapi menggeser kualitas belanja menjadi lebih tepat sasaran, terutama di subsidi, perlindungan sosial, dan investasi SDM yang terukur.

Josua menjelaskan, asumsi dasar ekonomi makro 2026 akan dibuat konservatif-realistis, dengan pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2–5,8 persen year on year, inflasi 1,5–3,5 persen, nilai tukar Rp16.500–Rp16.900 per dolar AS, imbal hasil SBN 10 tahun 6,6–7,2 persen, harga minyak mentah Indonesia (ICP) 60–80 dolar AS per barel, lifting minyak 600–605 ribu barel per hari, dan lifting gas 953–1.017 ribu barel setara minyak per hari.

Dari sisi pendapatan, pemerintah menargetkan tax ratio 10,08–10,45 persen PDB dan rasio pendapatan 11,71–12,22 persen PDB, sedikit naik dari outlook 2025. 

Upaya pencapaiannya mencakup penguatan basis pajak, harmonisasi dengan ekonomi digital, reformasi pengelolaan sumber daya alam dan barang milik negara, serta pemberian insentif fiskal yang lebih selektif.

“APBN tetap harus berfungsi sebagai shock absorber di tengah risiko global seperti tarif dagang, fragmentasi ekonomi, dan volatilitas pasar,” ujarnya. 

Fungsi alokasi diarahkan untuk membiayai sektor bernilai tambah dan infrastruktur publik, sementara fungsi distribusi akan menyasar pemerataan kesempatan ekonomi melalui program desa, koperasi, dan UMKM.

Josua menilai, fokus kebijakan 2026 akan berada pada penguatan ketahanan pangan untuk menekan inflasi, peningkatan lifting migas dan transisi energi, investasi pada SDM lewat pendidikan, kesehatan, dan MBG, serta pemberdayaan desa, koperasi, dan UMKM. 

“Di level industri, hilirisasi, deregulasi, dan perbaikan ekosistem investasi akan menjadi kunci menuju pertumbuhan 5,2–5,8 persen yang ditargetkan,” pungkas Josua. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE