ECONOMICS

Ekonom Sebut WFO 100 Persen Bisa Pacu Industri Orientasi Ekspor

Anggie Ariesta 30/08/2021 21:04 WIB

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies sebut industri berorientasi ekspor, jika full WFO bisa bantu penetrasi ekspor.

Ekonom Sebut WFO 100 Persen Bisa Pacu Industri Orientasi Ekspor (Dok.MNC media)

IDXChannel - Kondisi industri Tanah Air saat ini berada dalam fase pemulihan. Tampak pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur menunjukkan tanda pelemahan ke level 40,1 dari bulan sebelumnya di 53,5. Tapi di bulan Agustus-September perkiraan dengan adanya pelonggaran industri maka pelemahan PMI manufaktur tidak sampai menyentuh level 30.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira yakin ada harapan level PMI terendah dari manufaktur sudah lewat di bulan Juli. Memang butuh waktu indikator PMI manufaktur rebound diatas level 50, atau berada dalam fase ekspansi.

"Ini wajar meski industri sudah dilonggarkan, pelaku usaha tetap mempertimbangkan daya beli konsumen di pasar domestik, dan prospek ekspor," kata Bhima kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Senin (30/8/2021).

Bagi industri berorientasi ekspor, full 100 persen WFO bisa bantu penetrasi ekspor untuk lebih meningkat. Data Baltic Dry Index sejak awal 2021 sudah naik 210 persen yang mengindikasikan aktivitas ekspor-impor secara global terus membaik.

"Permintaan produk olahan khususnya makanan minuman, kesehatan dan bahan konstruksi di negara tujuan ekspor utama seperti AS, China dan kawasan Asean cukup cerah," ujar dia.

Meski ada hambatan dari varian delta, tapi di beberapa negara tujuan ekspor tradisional masih bisa diatasi dan tidak mengganggu permintaan ekspor. Momentum pelonggaran di sektor industri sebaiknya tetap dibarengi dengan kenaikan target vaksinasi yang signifikan bagi pekerja industri, dan memastikan prokes berjalan di lingkungan kerja.

Pemerintah juga bisa memberikan tambahan stimulus untuk memacu pertumbuhan sektor manufaktur mulai dari penambahan diskon listrik bagi sektor padat karya, melanjutkan bantuan subsidi upah hingga 2022, dan memfasilitasi investasi di sektor manufaktur yang mendukung hilirisasi produk bernilai tambah," pungkasnya. 

(IND) 

SHARE