ECONOMICS

Ekonomi 2023 Gelap, Nasib Target Investasi Rp1.400 T Ikut Suram?

Iqbal Dwi Purnama 24/10/2022 16:07 WIB

Di tengah ramalan ekonomi dunia gelap di 2023, bagaimana nasib target investasi Rp1.400 triliun?

Ekonomi 2023 Gelap, Nasib Target Investasi Rp1.400 T Ikut Suram? (Foto: Iqbal Dwi Purnama/MPI).

IDXChannel - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan kondisi perekonomian 2023 bakal mengalami perlambatan yang disebabkan adanya ancaman resesi global.

Menurutnya, hal tersebut bakal melahirkan pesimisme pada pengusaha untuk melakukan ekspansi bisnis atau melakukan investasi. Di satu sisi, target realisasi investasi tahun depan meningkat menjadi Rp1.400 triliun dari Rp1.200 triliun tahun ini. 

"Kalau (target invetasi) tahun depan masih gelap. Karena kondisi ekonomi 2023 gelap, Indonesia pun sebenarnya punya secercah harapan, targetnya Rp1.400 triliun, tapi saya belum memastikan sekarang," kata Bahlil di Jakarta, Senin (24/10/2022).

Meski demikian, pihaknya masih optimis untuk merealisasikan target tersebut, meski ada bayang-bayang resesi ekonomi. Bahkan beberapa negara disebutkan sudah menjadi 'pasien' IMF (Dana Moneter Internasional).

"Kalau ditanya saya apakah optimis, kami harus optimis, karena saya optimis terukur. Maka kami sedang menyusun perushaan apa saja yang akan datang pada 2023 dan dengan perusahaan apa saja yang sudah eksisting, dan tetap melanjutkan invetasi," kata Bahlil.

Bahlil menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai realisasi investasi tersebut adalah dengan memberikan sweetener (pemanis) untuk para investor ketika ingin melakukan investasi di Indonesia.

"Sweetener itu pasti ada, tapi ada sweetener yang bisa kita umumkan secara regulasi, dan ada sweetener yang sifatnya di bawah meja. Semua negara punya, itu langkah kita bernegosiasi," sambung Bahlil.

Meski demikian, tantangan untuk merealisasikan invetasi Rp1.400 tirliun pada 2023 bukan hanya dihadapkan pada kondisi perekonomian global. Ada juga tahun politik yang dikhawatirkan bakal mengganggu stabilitas. 

"Kalau regulasi, insentif, itu betul. Tapi investor saat ini lebih melihat pada stabilitas. Ini jujur saja, mau sehebat apapun sweetener yang diberikan, kalau stabilitas negara itu tidak ada, mana bisa," kata Bahlil.

"Kalau ditanya bagaimana pertumbuhan di tahun 2023, ada secercah harapan. Yang penting satu saja, yaitu stabilitas. Makanya, harus kita bedakan prioritas, mana prioritas orang kerja, orang makan, orang bangun usaha, atau ribut dengan urusan lain," pungkasnya.

(FAY)

SHARE