Ekonomi Digital RI Bakal Jadi yang Terbesar di ASEAN
Pemerintah yakin ekonomi digital Indonesia akan berkembang pesat dan menjadi yang terbesar di ASEAN, dengan GDP mencapai Rp24.000 triliun di 2030.
IDXChannel - Pemerintah yakin ekonomi digital Indonesia akan berkembang pesat dan menjadi yang terbesar di ASEAN, dengan pertumbuhan ekonomi (GDP) mencapai Rp24.000 triliun di 2030. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan dukungan sektor keuangan digital yang mempuni.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, sektor keuangan tidak akan pernah terpisahkan dari perkembangan digitalisasi ekonomi. Apalagi, di tengah upaya pemerintah memajukan ekonomi digital.
“Setiap individu, orang, perusahaan pasti bersentuhan dengan sektor keuangan berkaitan dengan menggunakan jasa payment, transfer, currency, lending, deposit," kata Wimboh, usai mengikuti Rapat Terbatas di Istana Negara, Kamis (10/6/2021).
Wimboh menambahkan, saat ini OJK juga tengah berupaya untuk mengarahkan kredit bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah secara digital. Hal ini membutuhkan proses dan adaptasi panjang. Namun, dari proses panjang tersebut, akan diperoleh kemudahan dan layanan yang jauh lebih baik, lebih murah, lebih cepat, dan menjangkau kawasan yang lebih luas.
Salah satu tantangan dalam mengembangkan sektor keuangan di tengah kondisi geografis kepulauan adalah tidak semua kawasan atau daerah dapat tersentuh layanan keuangan. Seandainya bisa dihadirkan secara fisik, maka kendala lain berupa tingginya biaya. Maka itu, transformasi digital menjadi salah satu solusi dari tantangan itu.
"Digitalisasi ini pengaruhnya luar biasa sehingga kita yakin dengan digital ini sektor keuangan akan menjangkau nasabah yang lebih banyak bahkan dengan ongkos yang lebih murah," ucap Wimboh.
Berkaitan dengan hal itu, ekosistem keuangan digital saat ini telah menunjukkan tren yang menggembirakan dan memberikan sumbangan ekonomi lebih cepat dan besar. Sudah banyak perusahaan-perusahaan rintisan yang muncul dan memberikan layanan-layanan digital yang serupa dengan sektor keuangan.
Layanan teknologi finansial berupa peer-to-peer lending yang berbasis teknologi informasi misalnya, sudah banyak bermunculan dan tidak hanya diberikan oleh lembaga keuangan bank. Dalam hal ini, OJK tentunya terus mengawasi penyelenggaraan layanan tersebut.
"Jumlah yang diberikan pinjaman melalui peer to peer itu, dari angka terakhir, sangat besar, yaitu Rp194,1 triliun," kata Wimboh.
Ditambahkan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, kalau dilihat pada 2020, ekonomi digital Indonesia saat ini menghasilkan 4 persen dari GDP nasional. Dalam 9-10 tahun ke depan di 2030, pertumbuhahan GDP Indonesia akan tumbuh dari Rp15.400 triliun hari ini menjadi 24.000 triliun pada 2030.
“Tetapi, pertumbuhan ekonomi digitalnya itu sendiri akan tumbuh 8 kali lipat 632 trilun menjadi Rp4.531 triliun. Dari jumlah tersebut e-commerce akan memerankan peran yang sangat besar yaitu 34 persen atau setara dengan 1.900 triliun, lalu diikuti b to b bisnis dengan besar 13 persen atau setara dengan 763 triliun, health act akan berkontribusi Rp471,6 atau delapan persen dari pertumbuhan,” ungkapnya.
Lufti mengungkapkan lagi, e-Commerce Indonesia mempunyai peran yang sangat besar, online travel dengan 575 triliun, online media juga 191 triliun, read healing seperti Gojek dan Grab 401 triliun pada 2030 dan Financial Technology juga akan begitu.
“Indonesia akan mempunyai GDP lebih besar dari 55 persen dari pada GDP Digital ASEAN , jumlahnya kira-kira Rp323 triliun dan akan tumbuh menjadi Rp417 triliun pada tahun 2030,” ungkapnya. (RAMA)