ECONOMICS

Ekonomi Minus Dua Kuartal Berturut-turut, AS Resesi?

Tim IDXChannel 30/09/2022 14:17 WIB

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi selama dua kuartal beruntun. Apakah ini menunjukkan AS masuk resesi?

Ekonomi Minus Dua Kuartal Berturut-turut, AS Resesi? (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) secara tahunan terkontraksi menjadi minus 0,6% pada kuartal II-2022. Realisasi ini melanjutkan penurunan yang terjadi di kuartal sebelumnya yang sebesar minus 1,6%. 

Data ini diperoleh dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis (29/9/2022). Data tersebut menunjukkan ekonomi AS mengalami kontraksi sepanjang paruh pertama tahun ini karena bisnis menyesuaikan kembali dengan gangguan rantai pasokan era pandemi. 

(Foto: bea.gov)

Data terbaru ekonomi AS ini menyulut kembali perdebatan apakah AS telah masuk dalam resesi ekonomi. Secara umum, resesi adalah keadaan suatu negara di mana mengalami pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut. 

Beberapa ekonom dan pembuat kebijakan telah menolak klaim resesi di awal 2022 dengan alasan pertumbuhan tenaga kerja kuat, termasuk juga belanja konsumen dan manufaktur. 

"Data PDB dan pendapatan domestik bruto menunjukkan ekonomi AS yang lebih lemah pada paruh pertama tahun 2022," kata Kepala Ekonom The PNC Financial Services Group, Gus Faucher, seperti dikutip dari CNN, Jumat (30/9/2022)

"Ekonomi AS berada dalam transisi selama 2022 dan datanya kontradiktif, mencatat kekuatan di berbagai bidang, seperti pasar tenaga kerja, produksi, dan pengeluaran," dia menambahkan. 

Namun, Asisten Wakil Presiden dan Ekonom Senior PNC, Abbey Omodunbi mengaku, risiko AS resesi tetap tinggi. 

"Dan dengan itu (kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif untuk mengendalikan inflasi), kita akan melihat perlambatan signifikan ekonomi AS, terutama di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perumahan dan bisnis," paparnya. 

Prospek di seluruh dunia bahkan lebih suram. Kemungkinan 98,1% mengalami resesi global, menurut model probabilitas yang dijalankan Ned Davis Research yang menyoroti perang Rusia di Ukraina dan kenaikan suku bunga drastis bank sentral untuk meredam inflasi. 

(FAY)

SHARE