ECONOMICS

Ekonomi RI Bisa Terkontraksi 4,3 Persen Imbas BI Agresif Kerek Suku Bunga Acuan

Suparjo Ramalan 22/12/2022 21:23 WIB

Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang saat ini secara agresif menaikan suku bunga acuan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonomi RI Bisa Terkontraksi 4,3 Persen Imbas BI Agresif Kerek Suku Bunga Acuan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menjelaskan, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang saat ini secara agresif menaikan suku bunga acuan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi

Ia memprediksi, usai hari ini BI akan kembali mengerek suku bunga acuan 3 sampai 4 kali pada tahun 2023, untuk menjinakkan inflasi.

Kondisi ini dipandang dapat memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi atau resesi, terlebih saat Indonesia menyambut pergantian tahun menjelang dimulainya tahun politik.

"Tahun 2023 dengan asumsi naiknya suku bunga BI 3 sampai 4 kali lagi maka berdampak ke perlambatan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,3%," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (22/12/2022).

Bhima menilai inflasi, baik inflasi pangan dan energi, masih menjadi momok penghambat laju pemulihan ekonomi. Dirinya memperkirakan fluktuasi kurs rupiah juga berisiko menambah beban pengendalian inflasi dari sisi imported inflation atau naiknya biaya impor.

"Naiknya suku bunga juga indikasi tekanan eksternal terhadap kurs rupiah masih akan berlangsung lama," terangnya.

Pada Kamis (22/12), BI resmi menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,5%, yang notabene langkah agresif BI sejak 2005, demi menahan amukan inflasi. Adapun Suku bunga Deposit Facility naik menjadi 4,75%, suku bunga Lending Facility meningkat ke 6,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini adalah langkah lanjutan secara front-loaded, preemptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang dinilai terlalu tinggi (overshooting), serta memastikan inflasi inti terjaga dalam sasaran 3±1%.

"Keputusan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation)," kata Perry dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta,

(SLF)

SHARE