ECONOMICS

Eks Dirut: Saya Tidak Pernah Membayangkan Merpati Airlines Bangkrut

Suparjo Ramalan 26/02/2023 01:35 WIB

Soeratman, eks Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), tak pernah menduga Merpati Airlines akan dibubarkan pemerintah.

Eks Dirut: Saya Tidak Pernah Membayangkan Merpati Airlines Bangkrut. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Soeratman, eks Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), tak pernah menduga Merpati Airlines akan dibubarkan pemerintah. Maskapai pelat merah itu dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada 2 Juni 2022 lalu. 

Selama 23 tahun berkarir di Merpati Airlines, Soeratman tidak pernah membayangkan maskapai kebanggaan Indonesia itu akan masuk ke dalam jurang kebangkrutan dan akhirnya dilikuidasi. 


Masa kejayaan Merpati, lanjut Soeratman, dimulai sejak 1964 hingga 2004. Saat itu, Merpati menjadi jembatan udara Nusantara dengan membuka hampir 127 rute penerbangan di Indonesia.


Untuk penerbangan internasional, Merpati menjelajah terbang hingga ke Darwin Australia Utara, Malaysia, Los Angeles, Manila, hingga membuka rute penerbangan haji di Arab Saudi. 


"Jadi dapat dikatakan kata-kata Merpati itu jembatan udara Nusantara, betul-betul diejawantahkan oleh Merpati. Termasuk juga penerbangan-penerbangan lintas batas seperti ke Australia, darwin, Malaysia," ungkap Soeratman dalam sesi wawancara dengan MNC Portal Indonesia, Sabtu (25/2/2023).  


Waktu itu, bisnis maskapai pelat merah itu cukup berkembang, terutama mengeruk penerbangam di pasar domestik. Soeratman menilai hingga tahun 2000-an tidak ada indikasi bangkrut apa pun. 


"Setelah itu saya tidak tahu lagi, saya selesai di Merpati tahun 1990," katanya. 


Soeratman memulai karirnya di Merpati Airlines pada tahun 1964. Ketika itu, dia dipercaya menjabat sebagai Area Manager Merpati Airlines hingga tahun 1979. Setelahnya, pemegang saham menempatkan dirinya ke dalam Dewan Direksi, dan sejak tahun 1980 dia menduduki bangku Direktur Utama hingga tahun 1989. 


Dia bercerita, masa-masa kejayaan Merpati Airlines dimulai ketika layanan komersial dioperasikan untuk beberapa rute di Indonesia. Layanan komersial dimulai 1964, ketika itu Merpati menerima penyerahan seluruh hak konsesi dan operasi, serta kepemilikan sejumlah pesawat bekas dari NV de Kroonduif, maskapai milik Belanda.


Pesawat hibah itu terdiri dari tiga Dakota DC-3, dua Twin Otter, dan satu Beaver. Dengan armada 12 pesawat, Merpati mulai tumbuh dengan menjelajahi rute ke Papua, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). 


Awalnya, Merpati hanya memiliki armada jenis unit de Havilland Otter/DHC-3 empat unit, dua unit Dakota DC-3. Armada tersebut merupakan pesawat hibah dari Angkatan Udara (TNI AU), saat itu disebut dengan nama AURI. Armada dioperasikan untuk penerbangan perintis, seperti di Pulau Kalimantan. 


Seiring pertumbuhan bisnis perusahaan, pasca 1964 manajemen Merpati saat itu memandang perlu untuk memperkuat armada dengan menambah tiga Dornier DO-28 dan enam Pilatus Porter PC-6. 


Namun, beberapa pesawat sebelumnya ada yang tidak lagi mampu dioperasikan sehingga armada efektif Merpati 15 pesawat saja. Adapun karyawan Merpati juga ikut bertambah menjadi 583 orang.


"Saya kembalikan ke tahun 1966, di mana Merpati pada waktu itu sudah berdiri 4 tahun ya, saya sendiri tadinya dari penerbangan Angkatan Laut, terus ke Perhubungan Udara, terus ditempatkan di Merpati. Di situ saya ikut melayani penerbangan kecil, di mana dimulainya penerbangan menggunakan pesawat Dakota, Twin Otter," 


"Oh tidak sama sekali (dugaan bangkrut), justru jaman saya itu, waktu jaman kejayaan Merpati, jaman saya waktu itu pesawat jet baru satu, dua pesawat saja. Setelah itu dari tahun 1990 sampai 2004 itu hampir semuanya pesawat jet, dan semua rute di Indonesia di layani Merpati," kata dia. 

(WHY)

SHARE