Ekspor Minyak Rusia ke China Cetak Rekor Tertinggi
Ekspor minyak mentah dan bahan bakar Rusia ke China melonjak ke level tertinggi.
IDXChannel - Ekspor minyak mentah dan bahan bakar Rusia ke China melonjak ke level tertinggi. Kenaikan tersebut disebabkan pembukaan kembali ekonomi China.
Menurut firma intelijen data Kpler, ekspor bahan bakar minyak Rusia ke Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Secara keseluruhan, ekspor minyak Rusia ke China menyentuh titik tertinggi sejak dimulainya invasi Rusia di Ukraina tahun lalu.
Secara total, ekspor minyak mentah dan bahan bakar Rusia ke China mencapai 1,66 juta barel per hari bulan lalu, menurut data Kpler. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rekor sebelumnya yang ditcatat pada April 2020.
China bersaing dengan India sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia. Sejak diboikot Barat, Moskow harus menawarkan diskon untuk menarik pelanggan.
Seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (21/2/2023), China mendominasi pembelian Eastern Siberia Pacific Ocean (ESPO), produk yang dapat dikirim dengan cepat dari Rusia, sejak akhir 2022.
“China tidak hanya membeli seluruh jadwal pemuatan bulanan ESPO untuk Januari, tetapi juga membeli Arktik dan Ural,” kata Viktor Katona, analis minyak mentah utama di Kpler.
“Pembelian bahan bakar minyak terutama berasal dari wilayah Laut Hitam dan Laut Baltik,” lanjutnya.
Ekspor bahan bakar minyak langsung dan bahan bakar sulfur tinggi Rusia ke China mencapai rekor sekitar 142.000 barel per hari pada Januari, menurut data Kpler.
Bahan bakar minyak dapat diproses sebagai pengganti minyak mentah di unit penyulingan besar, atau digunakan di pabrik sekunder untuk membuat solar atau bensin.
Penyulingan swasta China telah membeli lebih banyak bahan bakar minyak sejak akhir 2022 karena harga yang menarik, kata Mia Geng, seorang analis di konsultan industri FGE.
Penyulingan swasta terkadang memilih untuk menyuling bahan bakar minyak daripada minyak mentah dalam upaya untuk menghindari kuota yang dikeluarkan pemerintah yang dimaksudkan untuk membatasi impor minyak mentah, tetapi lonjakan pembelian baru-baru ini lebih mungkin karena pengolah dapat meraup keuntungan yang cukup besar dari pemrosesan, katanya.
(WHY)