ECONOMICS

Ekspor Minyak Sawit Turun di 2024, Pengusaha Ungkap Penyebab

Bagas Abdiel Kharis Theo 28/08/2024 07:16 WIB

GAPKI mengungkap penyebab turunnya ekspor sawit pada 2024. Khususnya komoditas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Ekspor Minyak Sawit Turun di 2024, Pengusaha Ungkap Penyebab. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, mengungkap penyebab turunnya ekspor sawit pada 2024. Khususnya komoditas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Eddy menjelaskan alasan terjadinya penurunan ekspor minyak sawit mentah pada tahun ini karena harga jual yang relatif mahal. Sementara, harga minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari relatif lebih murah.

Hal itu tercermin dari jumlah ekspor CPO ke China yang angkanya mengalami penurunan tahun ini.

"Negara-negara yang import sawit kita terbesar adalah China. Terakhir tahun lalu 7,7 juta ton. Kemudian India sekira 5,5 juta ton. Kemudian Uni Eropa sekira 4,3 juta ton. Kemudian Pakistan itu sekira 2,5 juta ton," kata Eddy dalam acara diskusi bersama media dengan tema 'Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian' di Belitung Timur, Bangka Belitung, Selasa (27/8/2024).

"Tapi yang perlu kita perhatikan adalah penurunan ekspor. Pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2023, ini ada sedikit penurunan. Kenapa demikian? Kemarin saya baru kembali dari China, itu ternyata minyak bunga matahari yang tidak disangka-sangka produktivitasnya jauh lebih rendah dari sawit, itu lebih murah dibanding sawit," tuturnya.

Situasi ini membuat Eddy yang mewakili para pengusaha kelapa sawit Indonesia sempat merasa pesimistis. Sebab, jika penurunan terus terjadi ia khawatir penjualan ekspor ke China tidak akan mencapai 5 juta ton.

"Saya sampaikan ke mereka (China) bahwa kalau seperti ini terus mencapai 5 juta ton saja cukup berat. Jadi saya minta saran dari mereka apa yang harus kita lakukan," ujarnya.

Ia mengatakan salah satu solusi yang bisa ditawarkan ke pemerintah yaitu melakukan penurunan harga jual sementara waktu. Hal ini perlu dilakukan karena sawit bukanlah satu-satunya minyak nabati di dunia.

Menurutnya, pangsa pasar minyak sawit di seluruh dunia hanya mencapai 33 persen. Artinya masih ada 67 persen minyak nabati lainnya, terutama bunga matahari.

"Memang ada perlu kebijakan pemerintah. Paling tidak di sini memainkan instrumen fiskal. Artinya pada waktu harga kita tidak kompetitif kita turunkan sementara, kemudian setelah menjadi kompetitif kembali kita naikkan lagi. Misalnya seperti itu," ujarnya.

(Febrina Ratna)

SHARE