Ekspor Sumut Naik hingga 65 Persen, Ini Rinciannya
Nilai ekspor Sumut di Juni 2022 mencapai USD 1,6 miliar. Naik 65,87 persen dibandingkan bulan Mei 2022 yang hanya USD 761,86 juta.
IDXChannel - Kinerja ekspor Sumatera Utara mengalami peningkatan cukup fantastis pada Juni 2022 lalu.
Ekonom Gunawan Benjamin, mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Sumut di Juni 2022 mencapai USD 1,6 miliar. Naik 65,87 persen dibandingkan bulan Mei 2022 yang hanya USD 761,86 juta.
Namun kinerja itu belum sepenuhnya pulih karena jika dibandingkan dengan April 2022 yang mencapai USD 1,29 miliar, tentunya kinerja di Juni 2022 ini terbilang lebih rendah.
"Bahkan realisasi ekspor pada bulan Mei 2022 anjlok 40.99% dibandingkan dengan ekspor pada bulan April 2022," kata Gunawan, Selasa (9/8/2022).
Salah satu pemicu anjloknya ekspor Sumut di Mei 2022, adalah kebijakan batas wajib pasok (DMO)dan batas harga jual dalam negeri (DPO) untuk produk turunan kelapa sawit. Selain itu dipicu oleh libur panjang Idul fitri.
"Namun, pada dasarnya Sumut banyak kehilangan devisa di bulan Mei tersebut," pungkasnya.
Gunawan menjelaskan, harga minyak sawit mentah (CPO) pada bulan Mei 2022 berkisar antara MYR 6.000 hingga MYR 7.000 per ton-nya. Namun besaran devisa yang didapat sebagai daerah penghasil sawit tidak signifikan akibat kebijakan DMO dan DPO tersebut. Bahkan realisasi ekspor minyak hewan atau nabati pada bulan Mei 2022 anjlok 68.76%.
"Artinya disaat harga CPO lagi tinggi tingginya, ekspor Sumut malah jatuh. Sumut benar-benar dirugikan dengan kebijakan DMO/DPO minyak CPO sebelumnya," jelas Gunawan.
Sementara di bulan Juni 2022, terang Gunawan, harga CPO justru berada dalam tren turun, dari kisaran MYR 5.500 menuju MYR 4.500 per ton-nya. Di saat itu realisasi ekspornya justru bisa mendekati realisasi ekspor di April 2022.
Padahal relaksasi kebijakan pelonggaran ekspor belum sepenuhnya pulih. Tetapi realisasi ekspornya dalam nominal mengalami pemulihan, meskipun dalam bentuk kuantitas barang jumlahnya belum tentu mendekati atau sama dengan realisasi April sebelumnya.
"Jadi kita tinggal bayangkan saja, seandainya di Mei 2022 itu tidak ada pembatasan ekspor, dengan harga CPO yang menjulang. Jadi kenaikan ekspor pada bulan Juni ini belum memposisikan ekspor Sumut berada dalam kondisi yang pulih. Kebijakan internal memaksa ekspor Sumut anjlok, dan pendapatan devisa berkurang," paparnya.
"Bahkan saya menghitung di Mei 2022 saja Sumut mengalami potensi kehilangan devisa ekspor sebesar USD 1,09 miliar," tambahnya.
Kinerja ekspor Sumut secara umum, kata Gunawan, masih babak belur. Luka (kerugian) yang diakibatkan dari kebijakan DMO/ DPO tersebut belum sepenuhnya terobati. Tetapi kalau berbicara dampak positif dari kebijakan tersebut juga tidak kalah besar. Kebijakan itu mampu membuat harga minyak goreng khususnya minyak goreng curah turun sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
"Jadi kerugian yang diakibatkan dari kinerja ekspor Sumut, khususnya dari produk turunan minyak kelapa sawit, sangat membebani pengusaha, petani, dan tentunya devisa Negara. Tetapi inilah pilihan kebijakan yang ditempuh. Tidak menyenangkan semua pihak, dan sayangnya telah memakan banyak korban," tandasnya.
(SAN)