Ekspor Tekstil RI Bisa Terganggu Imbas Gagal Bayar Utang AS
Utang Amerika Serikat (AS) menembus USD31,4 triliun atau sekitar Rp460 ribu triliun dengan kurs Rp 14.900/USD.
IDXChannel - Utang Amerika Serikat (AS) menembus USD31,4 triliun atau sekitar Rp460 ribu triliun dengan kurs Rp 14.900/USD. Dari besarnya nominal tersebut dan krisis yang saat ini melanda, AS terancam mengalami gagal bayar. Untuk mengantisipasi kegagalan tersebut AS saat ini tengah mengupayakannya langkah konsolidasi untuk menambah plafon utang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan konsekuensi dari adanya kebijakan tersebut adalah akan berdampak pada pemangkasan belanja pemerintah dan mampu menurunkan konsumsi domestik.
"Kalau itu terjadi kinerja ekspor Indonesia bisa menurun. AS merupakan mitra dagang yang penting, dan hub manufaktur Indonesia selain ke China, Jepang, dan India," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal, Selasa (5/4/2023).
Lebih lanjut Bhima menjelaskan penurunan permintaan ekspor ke Amerika itu yang dikhawatirkan berdampak pada industri-industri di dalam negeri. Karena AS sendirian menjadi pangsa pasar ekspor non migas terbesar ke- 2 bagi Indonesia, setelah China.
Beberapa industri dalam negeri yang memiliki relasi dagang dengan Amerika seperti Industri tekstil, alas kaki, produk olahan karet CPO, furnitur, produk perikanan, hingga barang dari kulit. Pengamatannya, sepanjang 2017-2021 ekspor pakaian jadi sudah -3% ke pasar AS, alas kaki -1%, dan barang dari kulit -3%.
"Bagaimanapun juga AS adalah mitra ekspor tradisional dengan porsi sebesar 9,2% sepanjang Januari-Maret 2023. Kondisi penurunan permintaan ekspor bisa sebabkan PHK massal meluas sepanjang 2023, tidak hanya di sektor manufaktur tapi juga basis komoditas perkebunan dan tambang," sambung Bhima.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Februari 2023 nilai ekspor Indonesia mencapai sekitar USD 21,4 miliar, atau secara presentase turun 4,15% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom).
Penurunan nilai ekspor nasional juga sudah terjadi 6 (enam) bulan berturut-turut sejak September 2022. Jika dilihat dari negara tujuannya, awal tahun ini permintaan ekspor turun paling signifikan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Pada periode Januari-Februari 2022, nilai ekspor Indonesia ke AS masih mampu mencapai USD 4,96 miliar. Namun, pada Januari-Februari 2023 nilainya turun 22,15% menjadi USD 3,86 miliar. Dalam periode sama, nilai ekspor nonmigas ke Uni Eropa turun 11,54% dari USD 3,28 miliar menjadi USD 2,90 miliar.
"Selain ekspor, realisasi investasi dari AS bisa terganggu karena investor akan inward looking. Kesepakatan dengan Tesla misalnya soal pengembangan baterai dan kendaraan listrik mungkin terkendala," pungkas Bhima.
(SLF)