Erdogan Jadi Presiden Turki Tiga Periode, Lira Ambruk ke Rekor Terendah
Mata uang Turki, Lira, merosot menembus rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (29/5/2023) pasca kembali terpilihnya Presiden
IDXChannel - Mata uang Turki, Lira, merosot menembus rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (29/5/2023) pasca kembali terpilihnya Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Lira melemah menjadi 20,077 terhadap dolar, menembus rekor terendah sebelumnya yang telah terjadi pada Jumat, dilansir Reuters, Senin (29/5/2023).
“Dalam pandangan kami, tantangan terbesar Erdogan adalah ekonomi Turki. Kemenangannya datang dengan latar belakang ketidakseimbangan ekonomi yang berbahaya dengan model ekonomi heterodoksnya terbukti semakin tidak berkelanjutan,” ujar Analis Roger Mark, dilansir Reuters, Senin (29/5/2023).
Perlu diketahui, Lira telah merosot lebih dari 7% sejak awal tahun dan kehilangan lebih dari 90% nilainya selama dekade terakhir, dengan ekonomi yang berada pada cengkraman siklus boom and bust dan serangan inflasi yang merajalela.
Sejak krisis 2021, pihak berwenang Turki telah mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan sebagian besar mencatat pelemahan. Sementara itu, cadangan foreign exchange atau valuta asing dan emas menyusut.
Erdogan menang meskipun terjadi gejolak ekonomi selama bertahun-tahun. Para kritikus menyalahkan Erdogan atas kebijakan ekonomi yang tidak ortodoks.
Penampilan Erdogan yang mengejutkan di putaran pertama pemilihan pada 14 Mei lalu telah memicu aksi jual obligasi internasional Turki. Selain itu, terdapat lonjakan biaya untuk memastikan eksposur atau paparan utangnya di tengah memudarnya harapan akan perubahan kebijakan ekonomi.
Sementara, saham naik dan obligasi dolar beragam karena investor menunggu penunjukan tim ekonomi baru yang dijanjikan akan memiliki kredibilitas internasional. Erdogan mengisyaratkan potensi perubahan dari campuran kebijakan ortodoks berdasarkan suku bunga sangat rendah dan intervensi negara yang berat di pasar.
“Kemenangan Erdogan tidak memberikan kenyamanan bagi investor asing mana pun. Dengan inflasi yang sangat tinggi, suku bunga yang sangat rendah, dan tidak ada cadangan devisa bersih, krisis menyakitkan yang mempengaruhi semua aset bisa terjadi.” ujar Ahli Strategi di Tellimer di Dubai, Hasnain Malik, dilansir Bloomberg.
(DES)