Erick Thohir dan Jokowi Sukses Gaet Tiga Investor Jerman untuk Kendaraan Listrik
Ketiganya yaitu Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF), Eramet, dan Volkswagen.
IDXChannel - Pemerintah berhasil menggaet tiga investor asal Jerman untuk ikut membangun ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV Battery) di Indonesia. Ketiganya yaitu Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF), Eramet, dan Volkswagen.
Komitmen ketiga perusahaan asing itu disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. Dia memastikan BASF, Eramet, dan Volkswagen siap menggelontorkan investasi di Indonesia.
"Kabar baik untuk Indonesia, tiga pimpinan perusahaan yakni BASF, Eramet, dan Volkswagen Group melalui PowerCo menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi pada pembangunan ekosistem industri baterai mobil listrik di Indonesia," ujar Erick melalui akun Instagramnya, Senin (17/4/2023).
Menariknya, BASF memulai investasinya pada akhir 2023. Erick menyebut produsen kimia terbesar di dunia itu akan menggarap ekosistem mobil listrik di Maluku Utara.
"Sementara, BASF menyampaikan bahwa mereka siap berinvestasi dalam pembangunan ekosistem mobil listrik di Maluku Utara, yang rencananya akan dimulai pada akhir 2023 mendatang," ucapnya.
Kerja sama bisnis antara Indonesia dan Jerman, lanjut Erick, akan membuka lapangan kerja baru di Tanah Air dan diharapkan bisa meningkatkan neraca ekonomi nasional.
Pemerintah juga membuka peluang bagi investor potensial lainnya agar bisa ambil andil dalam pembangunan EV Battery di dalam negeri. Erick memandang langkah itu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) telah mengantongi perjanjian kerja sama dengan dua produsen baterai kelas dunia.
Keduanya adalah LG Energy Solution (LGES) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Perusahaan asal China dan Korea Selatan (Korsel) itu ikut menggarap proyek besar EV Battery yakni, Titan dan Dragon.
Atas komitmen tersebut, IBC mendapatkan nilai investasi sebesar USD15 miliar atau setara dengan Rp215 triliun. Perolehan investasi itu ditandai dengan penandatanganan Framework Agreement yang dilakukan pada Maret 2022. (NIA)